kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45896,66   8,93   1.01%
  • EMAS1.363.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tekan Emisi Gas Buang, Kemenperin Dorong Pengembangan Bioaditif Minyak Atsiri


Selasa, 12 September 2023 / 11:08 WIB
Tekan Emisi Gas Buang, Kemenperin Dorong Pengembangan Bioaditif Minyak Atsiri
ILUSTRASI. Kementerian Perindustrian secara berkesinambungan mencari solusi penurunan emisi gas buang pada mesin pembakaran-dalam (internal combustion engine), salah satunya dengan penggunaan bioaditif bahan bakar minyak (BBM) berbasis minyak atsiri.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) secara berkesinambungan mencari solusi penurunan emisi gas buang pada mesin pembakaran dalam atau internal combustion engine (ICE), salah satunya dengan penggunaan bioaditif bahan bakar minyak (BBM) berbasis minyak atsiri.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan, bioaditif berfungsi untuk menyempurnakan pembakaran BBM di dalam ruang bakar mesin, sehingga dapat mengurangi emisi gas buang dengan menstabilkan kepadatan (density) dan memperbaiki atomisasi bahan bakar. Hal ini akan menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna, lebih bersih, efisien, dan mengurangi konsumsi BBM.

Saat menerima audiensi ketua dan pengurus Perkumpulan Bioaditif Berbasis Minyak Atsiri Indonesia beberapa waktu lalu, Dirjen Industri Agro menegaskan bahwa pihaknya telah memfasilitasi penyusunan standar mutu produk bioaditif melalui SNI Nomor 8744:2019 Bioaditif berbasis minyak atsiri untuk bahan bakar motor diesel. 

“Ini adalah langkah penting dalam memastikan bahwa produk bioaditif berbasis minyak atsiri memenuhi standar mutu dan kompatibilitas sesuai yang ditetapkan,” terangnya dalam siaran pers di situs Kemenperin, Senin (11/9).

Baca Juga: Kemenperin Targetkan Komponen Kendaraan Listrik Dalam Negeri Capai 80% di 2030

Ketua Perkumpulan Bioaditif Berbasis Minyak Atsiri Indonesia Raeti menyampaikan data hasil pengujian produk bioaditif BBM minyak atsiri oleh laboratorium pengujian (Trakindo, Petrolab dan LEMIGAS) masing-masing untuk alat berat, mesin diesel statis (genset), dan kendaraan bermotor diesel.

Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa penggunaan bioaditif mampu menurunkan emisi karbon (COx) hingga 83,78%, emisi nitrogen (NOx) hingga 85,22%, kadar pengotor partikel (4 micron, 6 micron, dan 10 micron) hingga 80 – 85%, dan penurunan kadar air (moisture) pada bahan bakar hingga 10,52%.

Raeti menambahkan, produk Bioaditif BBM telah dikembangkan sejak tahun 1990-an dan telah dijual secara business to business (B2B) sejak tahun 2006 untuk sektor industri, pertambangan, dan sektor komersial lainnya dengan kinerja yang baik. Produk bioaditif BBM berasal dari bahan organik minyak atsiri yang 100% dibudidayakan oleh petani lokal dan diolah menjadi produk bernilai tambah tinggi.

“Penggunaan Bioaditif BBM hanya sebanyak 1 permil (1 per 1.000) bagian dari volume BBM dengan cara diteteskan ke dalam tangki bahan bakar tanpa proses atau peralatan blending khusus,” tutur Raeti.

Putu menambahkan bahwa produk aditif BBM bukanlah hal baru. Beberapa negara seperti Jerman, Amerika, dan Australia telah mengembangkan produk aditif BBM berbasis petroleum. Indonesia pun sangat potensial untuk mengembangkan aditif BBM berbasis bahan baku organik dengan harga yang kompetitif dan berkelanjutan (sustainable).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Pre-IPO : Explained Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM)

[X]
×