kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   13.000   0,91%
  • USD/IDR 15.096   142,00   0,93%
  • IDX 7.789   -116,57   -1,47%
  • KOMPAS100 1.201   -6,87   -0,57%
  • LQ45 978   -2,16   -0,22%
  • ISSI 228   -1,60   -0,70%
  • IDX30 499   -0,75   -0,15%
  • IDXHIDIV20 603   1,21   0,20%
  • IDX80 137   -0,32   -0,23%
  • IDXV30 141   0,15   0,11%
  • IDXQ30 167   0,28   0,17%

Tenaga kerja ahli sektor konstruksi masih minim


Selasa, 08 Oktober 2013 / 18:42 WIB
Tenaga kerja ahli sektor konstruksi masih minim
ILUSTRASI. Ini 3 Link WhatsaApp Web yang Resmi, Alternatif Jika ada Kendala atau Sulit Diakses


Reporter: Fahriyadi |

JAKARTA. Meskipun mengklaim siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 (MEA), tenaga kerja konstruksi Indonesia dinilai punya banyak kekurangan. Khususnya mengenai jumlah tenaga kerja ahli.

Kepala Badan Pembinaan Konstruksi (BP Konstruksi) Kementerian Pekerjaan Umum, Hediyanto W. Husaini melontarkan pernyataan itu.

"Berdasarkan pengalaman melatih orang di daerah, hampir semua sektor kami kurang, tapi yang paling kurang adalah pekerja untuk pembangunan jalan dan jembatan," ujar Hediyanto, Selasa (8/10).

Menurutnya untuk proyek pekerjaan jalan dan jembatan alat yang digunakan berantai, jauh berbeda jika dibandingkan dengan konstruksi bangunan.

"Makanya kalau permintaan pembangunan jalan dan jembatan sedang tinggi kami sangat merasakan kekurangan itu," katanya.

Ia menyatakan proyek pembangunan jalan dan jembatan nasional dan daerah setiap tahunnya sekitar Rp 60 triliun-Rp 70 triliun.

Selain pembangunan jalan dan jembatan, ia juga mengungkapkan bahwa SDM Indonesia juga kurang untuk pembangunan Air minum dan sanitasi. Tak hanya itu, rupanya Indonesia juga kekurangan tenaga ahli konstruksi.

Tenaga ahli kurang banyak

Ia bilang rasio insinyur di Indonesia saat ini di bawah 1.000 orang per tahun, bandingkan dengan Malaysia yang berhasil mencetak 3.000 orang insinyur per tahunnya, bahkan Korea Selatan bisa mencetak 12.000 orang Insinyur per tahun.

"Kami juga dipusingkan dengan fakta bahwa banyak Insinyur yang hengkang ke sektor lain. Sehingga kekurangan. Mungkin reward di sektor konstruksi tak sebaik sektor lain," katanya.

Ia menyatakan perlu ada perbaikan untuk mengatasi hal ini, salah satunya dengan membuat sektor konstruksi menjadi menarik untuk ditekuni.

Di balik kelemahan itu, akan tetapi, Hediyanto mencatat kelebihan pekerja konstruksi Indonesia adalah dalam hal membuat lantai gedung bertingkat.

Ia bilang jika tenaga kerja di negara lain membuat satu lantai bangunan bertingkat sekitar 12 hari, maka pekerja Indonesia bisa mengerjakannya dalam waktu 5-7 hari

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×