Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ) menutup dua bioskop untuk sementara waktu karena adanya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di wilayah setempat. Adapun hal ini tentu bisa mempengaruhi potensi pendapatan BLTZ.
Dalam keterbukaan informasi, Selasa (19/1) Yeo Deoksu Direktur BLTZ mengatakan kedua bioskop yang ditutup adalah CGV Plaza Balikpapan dan CGV Sunrise Mall di Mojokerto.
Adapun penutupan tersebut seiring dengan surat edaran Walikota Ballikpapan dan satuan tugas penanganan Covid-19 Kota Mojokerto terkait PPKM.
"Kami akan terus berkoordinasi dengan pemerintah kota dan pihak pengelola mal untuk memonitor perkembangan dan informasi terkini terkait Covid-19," terang Yeo dalam keterangan resmi.
Baca Juga: Tren jumlah penonton film di bioskop Graha Layar Prima (BLTZ) meningkat
Asal tahu saja, sesuai dengan surat edaran, penutupan sementara bioskop di Balikpapan berlaku pada 14 Januari 2021. Adapun penutupan bioskop di Mojokerto berlaku mulai 15 Januari hingga 28 Januari 2021.
Manael Sudarman, Head of Sales and Marketing BLTZ mengatakan saat ini tidak ada bioskop CGV lainnya yang ditutup sementara akibat PPKM selain CGV Plaza Balikpapan dan CGV Sunrise Mall di Mojokerto. Adapun sejauh ini Manael juga mengungkapkan tidak ada bioskop CGV yang ditutup permanen akibat pandemi.
Kendati demikian, ditutupnya sementara sejumlah bioskop CGV akibat pembatasan kembali cukup mempengaruhi kinerja BLTZ. "Cukup mempengaruhi kinerja karena berkurangnya potensi revenue," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (21/1).
Tidak hanya soal penutupan sementara biosksop saja, persoalan kapasitas penonton yang dibatasi semakin mengurangi potensi pendapatan BLTZ.
Manael mengatakan tentunya kalau dilihat dari total kapasitas yang diperbolehkan hanya 25%-50% artinya hanya sebatas itu potensi maksimal pendapatan perusahaan dibandingkan tahun sebelumnya ketika kapasitas normal. Hal ini cukup berpengaruh karena rata-rata kontribusi pemasukan dari film di kisaran 50%-70% ke pendapatan BLTZ.
Baca Juga: Saat pandemi, platform digital sangat disukai oleh masyarakat
Meski begitu, BLTZ masih melihat potensi pendapatan dari segmen film karena film box office dalam dan luar negeri yang mundur tayang rencananya akan diputar di bioskop pada 2021. "Ini juga bisa menjadi daya tarik bagi penonton untuk datang ke bioskop," kata Manael.
Kendati banyak aral melintang di masa pandemi, BLTZ tidak diam saja. Mereka coba membuat beberapa terobosan yakni membuat layanan sewa Auditorium untuk kebutuhan kantor, private screening, dan lainnya. Adapun layanan ini dibanderol dengan harga mulai dari Rp 360.000.
Manael mengungkapkan untuk layanan sewa auditorium ini masih dalam proses penjajakan daya serap pasar sehingga dia belum bisa memerinci dampaknya ke pendapatan BLTZ.
Selain itu, BLTZ juga membuat sistem daring melalui website dan aplikasi CGV untuk memesan tiket film, termasuk juga untuk memesan makanan dan minuman untuk menonton di bioskop.
BLTZ juga menawarkan promosi dan harga khusus, yakni promosi untuk film pilihan, kerja sama dengan perbankan dengan menawarkan harga khusus untuk nasabah bank tertentu atau pengguna kartu bank tertentu, dan harga khusus dan tambahan benefit untuk CGV member.
Baca Juga: MD Pictures: Animo menonton masyarakat sangat tinggi di platform digital
"Harapannya program penangan Covid-19 yang dilakukan oleh pemerintah dapat dijalankan berbarengan dengan stimulus bagi industri kami" harapnya.
Kendati sudah menyiapkan berbagai macam strategi, Manael mengungkapkan masih terlalu dini untuk melihat prospek bisnis di 2021 karena masih ada beberapa bioskop CGV yang belum dizinkan buka oleh pemerintah setempat. Padahal dengan pembukaan kembali bioskop tentunya akan ada potensi pendapatan.
Selanjutnya: Begini cara Graha Layar Prima (BLTZ) menjaga bisnis di tengah pandemi Covid-19
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News