Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi
Mengutip data Komisi Kesehatan China yang diinformasikan media dalam negeri maupun internasional, data per hari Sabtu (22/2), korban yang meninggal akibat serangan virus corona (Covid-19) terus meningkat dan telah mencapai 2.345 orang. Jumlah terinfeksi 77.661 orang, dimana 76.290 berasal dari China Daratan. Sementara hingga saat ini belum satupun lembaga internasional, termasuk Pemerintah China sekalipun, yang bisa memastikan kapan penyebaran virus ini bisa diatasi.
Melihat perkembangan penyebaran virus corona yang kian masif menurut Oki, pemerintah dan pelaku industri dalam negeri harus bersinergi menyiapkan strategi yang efektif untuk mengantisipasi risiko yang akan terjadi. Sebab, jika aktivitas produksi, jalur logistik atau kegiatan bongkar muat di pabrik hingga pelabuhan di China menurun, dampaknya langsung dirasakan pelaku industri nasional.
Baca Juga: Virus corona berpotensi gerus pertumbuhan ekonomi kuartal I-2020
“Lambat laun pelaku industri akan kehabisan stok materil untuk memproduksi lokal komponen, sehingga tidak bisa membuat produk jadi elektronika. Jadi, cukup beralasan jika kalangan industriawan di dalam negeri semakin gamang dan khawatir jika persoalan virus corona ini terus berlangsung hingga kuartal pertama, atau bahkan hingga semester satu 2020,” kata Oki.
Data Kemenperin maupun Badan Pusat Statistik hingga tahun 2017, investasi sektor industri elektronika mencapai Rp 8,34 triliun. Dengan rincian, penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp 7,65 triliun dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) sekitar Rp 690 miliar. Angka ini terus membaik jika dibandingkan dengan tahun 2016 yang mencapai Rp 5,97 triliun dan tahun 2015 sebesar Rp 3,51 triliun.
Umumnya sektor yang mengalami pertumbuhan investasi ini berasal dari subsektor industri televisi, peralatan perekam, consumer electronics, dan peralatan fotografi. Selain itu, terdapat juga industri komponen, antara lain sektor manufaktur untuk baterai dan aki, peralatan lighting elektrik, peralatan elektrotermal rumah tangga, serta domestic appliances.
Sementara itu, dari sisi penyerapan tenaga kerja juga tidak dapat dianggap kecil. Mengutip data Kemenperin total penyerapan tenaga kerja di industri elektronika pada tahun 2017 sebanyak 202.000 orang. Jumlah tenaga kerja ini meningkat signifikan jika dibandingkan dengan tahun 2016 yang mencapai 185.000 dan tahun 2015 sekitar 164.000.
Baca Juga: Suplai China berkurang, ekspor plywood Indonesia berpeluang meningkat
Demikian juga jika merujuk pada data yang sama, sepanjang tahun 2019 ekspor produk industri pengolahan menembus nilai US$ 126,57 miliar dengan kontribusi 75,5% terhadap total ekspor Indonesia sebesar US$ 167,53 miliar. Sementara itu, nilai ekspor kelompok produk komputer, barang elektronik, dan optik mencapai US$ 1,1 miliar. Perolehan ekspor di 2019 ini naik dibanding perolehan tahun 2018 sebesar US$ 1 miliar.
“Dengan kondisi pasokan material berjalan aman dan lancar dan posisi industri elektronika sebagai salah satu dari lima kelompok manufaktur yang akan menjadi pionir dalam penerapan revolusi industri generasi keempat di Tanah Air, berarti pemerintah telah dan seharusnya menyiapkan berbagai langkah strategis mendorong peningkatan net ekspor terhadap PDB. Sebab realitanya, PDB Indonesia dalam catatan BPS menunjukkan laju yang stagnan. Laju pertumbuhan PDB Industri tahun 2015 mencapai 4,33%, tahun 2016 sebesar 4,26%, tahun 2017 sebesar 4,29% dan tahun 2018 turun menjadi 4,27%,” kata Daniel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News