kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45902,16   3,41   0.38%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Terminal BBM disiapkan produksi pertalite


Selasa, 02 Juni 2015 / 16:29 WIB
Terminal BBM disiapkan produksi pertalite
ILUSTRASI. Masjid Agung Banten menjadi ikon sejarah di kota Serang yang letaknya berada di kawasan kota lama.


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Meski sempat tertunda, PT Pertamina (Persero) terus mengupayakan realisasi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis barunya, yakni Pertalite. Kilang-kilang dalam negeri sudah siap memproduksi bensin berkdar oktane 90 tersebut.

Setelah izin niaga sudah dikeluarkan Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM, Pertamina bisa langsung mengeluarkan produknya. Menurut Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro, fasilitas yang dimiliki perusahaannya sudah bagus. Selain kilang, proses produksi pertalite yang merupakan hasil blending dari nafta dengan High Octane Mogas Component (HOMC) juga bisa dilakukan di terminal BBM.

Total ada 119 terminal yang disebutnya punya kemampuan untuk memproduksi pertalite. Namun, hingga kini pihaknya masih mengkaji terminal BBM mana saja yang dirasa efisien untuk produksi. ’’Belum ditentukan di mana, yang pasti dibuat dalam negeri,’’ ujarnya kepada KONTAN, Senin (1/6).

Meski persiapan sudah matang, dia belum tahu pasti kapan bensin dengan nilai oktan 90 itu bisa keluar. Yang jelas, saat ini pihaknya masih menunggu izin niaga dari Ditjen Migas Kementerian ESDM. ’’Izin spesifikasi sudah selesai, tinggal tunggu izin niaganya saja. Semoga tidak lama,’’ jelasnya.

Setelah urusan izin beres, pihaknya fokus pada uji pasar dan mencari momen yang tepat untuk meluncurkan pertalite. Rencana menjadikan Jakarta sebagai lokasi pertama peluncuran produk dipastikan tidak berubah. Termasuk, komitmen Pertamina untuk tidak mengurangi pasokan premium di SPBU.

’’Pasokannya tetap. Cuma ada penyesuaian dispenser di SPBU,’’ terangnya. Dia berharap saat uji pasar nanti, pertalite dapat sambutan positif dari warga. Apalagi, produk tersebut cocok buat kendaraan di Indonesia karena memiliki kualitas yang lebih bagus dari premium.

Wajar jika Pertamina ngotot agar pertalite segera terealisasi. Selain untuk alternatif bahan bakar, pertalite juga dijadikan penahan migrasi pengguna pertamax ke premium. Apalagi, ketika disparitas harga produk RON 88 dan 92 cukup lebar seperti saat ini.

Seperti diberitakan sebelumnya, beda harga premium dan pertamax mencapai Rp 1.900. Versi Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang, angka itu tidak ideal. Harusnya, tidak jauh-jauh dari angka Rp 1.000 supaya pengguna pertamax tidak kembali lagi ke premium.

Nah, kalau pertalite muncul dan dijual dengan harga lebih murah dari pertamax, diyakini bisa menekan migrasi itu.  Jadi, usaha Pertamina meningkatkan pengguna pertamax tidak percuma. ’’Dampaknya, 10%-20% konsumsi premium berkurang,’’ pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×