Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
Sayangnya, Christin belum bisa menyampaikan nilai capex yang direvisi TGRA untuk sisa tahun ini. Ia hanya bilang, perubahan capex dan rencana kerja dipengaruhi oleh sektor pembiayaan baik dalam maupun luar negeri yang cenderung mengerem pembiayaan selama masa pandemi.
Catatan Kontan.co.id, TGRA mencanangkan capex sebesar Rp 40 miliar di tahun ini yang sebagian digunakan untuk pembangunan proyek pembangkit listrik. Walau belum dijelaskan secara detail, sejumlah proyek pembangkit listrik TGRA juga dipastikan mengalami penundaan. Misalnya, 4 proyek PLTS tersisa TGRA yang berada di Australia dengan kapasitas masing-masing 5 MW.
TGRA juga memiliki 5 proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Aceh dan Sumatera Utara yang turut terdampak wabah Corona. Tiga dari lima proyek tersebut masih dalam tahap pembahasan purchasing power agreement (PPA).
Baca Juga: Proyek Terregra Asia Energy (TGRA) Dihadang Wabah Corona (Covid-19)
Perusahaan ini juga menggarap 5 Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTMH) di Sumatera Utara yang sedang dalam proses penandatanganan PPA. Ada pula 2 proyek PLTMH milik TGRA yang sedang di tahap studi kelayakan.
Lebih lanjut, kondisi pasar yang dipenuhi ketidakpastian membuat TGRA belum merealisasikan rencana penerbitan Medium Term Notes (MTN) dan pelaksanaan Rights Issue atau Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) guna menambah modal kerja di tahun ini.
Manajemen TGRA memilih menunggu kondisi pasar keuangan membaik sebelum mengeksekusi aksi korporasi tersebut. “Jika kami melakukan aksi korporasi sekarang, kami belum punya standby buyer. Kalau hanya bergantung pada pasar, kami tidak akan mendapat hasil sesuai harapan,” terang Christin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News