Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Terregra Asia Energy Tbk (TGRA) mengakui kondisi bisnisnya sepanjang tahun ini cukup menantang akibat dampak pandemi Covid-19 yang melanda secara global.
Asal tahu saja, TGRA mengalami penurunan pendapatan sebesar 48,22% (yoy) menjadi Rp 3,06 miliar di kuartal I-2020. Di sisi lain, TGRA sanggup meraih laba bersih sebesar Rp 2,88 miliar, padahal di kuartal yang sama pada tahun sebelumnya emiten yang bergerak di sektor energi terbarukan ini menderita rugi bersih Rp 203,70 juta.
Baca Juga: Terregra Asia Energy (TGRA) raup laba bersih Rp 2,88 miliar di kuartal I 2020
Sekretaris Perusahaan Terregra Asia Energy Christin Soewito menyampaikan, capaian laba bersih TGRA berasal dari kontribusi salah satu Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 5 megawatt (MW) milik perusahaan di Australia yang sudah beroperasi pada tahun lalu. TGRA pun mampu mencetak penjualan listrik sebesar Rp 3 miliar di tiga bulan pertama tahun ini.
Di saat yang sama, TGRA berhasil menurunkan beban pokok penjualannya 47,72% (yoy) menjadi Rp 1,84 miliar di kuartal I-2020. Lantas, adanya penjualan listrik mampu meminimalisir dampak berkurangnya pendapatan usaha dari bisnis pemeliharaan (maintenance) dan suplai suku cadang TGRA ke PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) akibat pandemi Corona.
Hanya saja, Christin berujar, dampak wabah Corona terlihat makin terasa di sisa semester satu dan memasuki semester kedua tahun ini. Pendapatan yang diperoleh dari PLTS Australia pun ujung-ujungnya akan berkurang karena konsumsi listrik yang turun selama masa pandemi.
Begitu pula dengan pendapatan dari bisnis pemeliharaan dan suplai suku cadang ke PLN. “Bisnis kami bergantung pada PLN, maka untuk kuartal berikutnya belum ada perubahan,” imbuh dia, Selasa (7/7).
Baca Juga: Menderita rugi bersih di tahun 2019, ini tanggapan Terregra Asia Energy (TGRA)
Akibat wabah Corona, manajemen TGRA memastikan akan merevisi dana belanja modal atau capital expenditure (capex) di tahun ini lantaran hampir semua rencana bisnisnya mengalami perubahan dan penundaan.
Sayangnya, Christin belum bisa menyampaikan nilai capex yang direvisi TGRA untuk sisa tahun ini. Ia hanya bilang, perubahan capex dan rencana kerja dipengaruhi oleh sektor pembiayaan baik dalam maupun luar negeri yang cenderung mengerem pembiayaan selama masa pandemi.
Catatan Kontan.co.id, TGRA mencanangkan capex sebesar Rp 40 miliar di tahun ini yang sebagian digunakan untuk pembangunan proyek pembangkit listrik. Walau belum dijelaskan secara detail, sejumlah proyek pembangkit listrik TGRA juga dipastikan mengalami penundaan. Misalnya, 4 proyek PLTS tersisa TGRA yang berada di Australia dengan kapasitas masing-masing 5 MW.
TGRA juga memiliki 5 proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Aceh dan Sumatera Utara yang turut terdampak wabah Corona. Tiga dari lima proyek tersebut masih dalam tahap pembahasan purchasing power agreement (PPA).
Baca Juga: Proyek Terregra Asia Energy (TGRA) Dihadang Wabah Corona (Covid-19)
Perusahaan ini juga menggarap 5 Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTMH) di Sumatera Utara yang sedang dalam proses penandatanganan PPA. Ada pula 2 proyek PLTMH milik TGRA yang sedang di tahap studi kelayakan.
Lebih lanjut, kondisi pasar yang dipenuhi ketidakpastian membuat TGRA belum merealisasikan rencana penerbitan Medium Term Notes (MTN) dan pelaksanaan Rights Issue atau Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) guna menambah modal kerja di tahun ini.
Manajemen TGRA memilih menunggu kondisi pasar keuangan membaik sebelum mengeksekusi aksi korporasi tersebut. “Jika kami melakukan aksi korporasi sekarang, kami belum punya standby buyer. Kalau hanya bergantung pada pasar, kami tidak akan mendapat hasil sesuai harapan,” terang Christin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News