Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Terregra Asia Energy Tbk (TGRA), perusahaan yang bergerak di bidang energi baru terbarukan (EBT), menyiapkan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 30 miliar—Rp 50 miliar pada tahun 2021 mendatang.
Wakil Direktur Utama Terregra Asia Energy, Christin Soewito, mengaku, nilai capex TGRA yang lebih rinci sebenarnya masih dalam tahap pembahasan atau finalisasi. Capex tersebut rencananya akan digunakan untuk pengembangan bisnis TGRA di tahun depan, salah satunya melanjutkan pengerjaan sejumlah proyek pembangkit EBT.
“Kami tidak memiliki rencana ekspansi usaha di tahun depan. Fokus kami adalah menyelesaikan proyek-proyek yang sudah ada saja,” ungkap dia dalam paparan publik virtual, Senin (28/12).
Saat ini, TGRA sedang menggarap sejumlah proyek Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM). Di antaranya PLTM Batang Toru 3 berkapasitas 10 MW dan PLTM Sisira berkapasitas 9,8 MW yang ditargetkan commercial operation date (COD) pada semester II-2021, PLTM Batang Toru 4 dan PLTM Batang Toru 3 SMS (Exp.) yang masing-masing berkapasitas 10 MW dan COD di tahun 2022, PLTM Raisan Naga Timbul dan PLTM Raisan Huta Dolok masing-masing berkapasitas 7 MW dan COD di tahun 2023, serta PLTM Simbelin 2 berkapasitas 7 MW yang COD di 2024.
Baca Juga: Ada pandemi, sejumlah proyek pembangkit EBT Terregra Asia Energy (TGRA) tersendat
TGRA juga menggarap dua proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berskala besar yaitu PLTA Teunom 3 berkapasitas 135 MW dan PLTA Teunom 2 berkapasitas 240 MW. Kedua proyek ini dijadwalkan COD pada tahun 2024 untuk PLTA Teunom 3 dan 2025 untuk PLTA Teunom 2.
TGRA juga sedang mengerjakan empat proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Australia yang masing-masing berkapasitas 5 MW. Proyek ini masih terkendala dari sisi finansial lantaran beberapa lembaga keuangan internasional sedang fokus pada proyek yang lebih bersifat urgen. Kondisi tersebut tak lepas dari adanya pandemi Covid-19.
Lantas, sejauh ini TGRA baru memiliki satu proyek PLTS saja yang sudah beroperasi di Australia dengan kapasitas 5 MW.
Dari sisi kinerja, TGRA mengalami penurunan pendapatan usaha sebesar 56,48% (yoy) menjadi Rp 8,90 miliar per kuartal III-2020. Di periode yang sama, TGRA juga masih menderita kerugian bersih sebesar Rp 2,57 miliar kendati hasil tersebut berkurang 11,99% (yoy) secara tahunan.
Baca Juga: Pendapatan merosot 56,48%, rugi bersih Terregra Asia Energy (TGRA) justru mengecil
Christin menyebut, penurunan pendapatan yang signifikan salah satunya terjadi akibatnya lesunya bisnis jasa pemeliharaan milik TGRA, terutama dari pelanggan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
TGRA sebenarnya menargetkan pendapatan jasa pemeliharaan dari kontrak dengan PLN sebesar Rp 12 miliar sepanjang tahun 2020. Namun, seiring dampak pandemi Covid-19, TGRA baru memperoleh kontribusi pendapatan dari PLN sekitar Rp 4 miliar.
“Target pendapatan kami di tahun depan masih sulit diprediksi jika melihat kondisi sekarang,” ujar dia.
Baca Juga: Ikatan Akuntan Indonesia sebut RUU Pelaporan Keuangan dorong transparansi
Terlepas dari itu, Christin menyatakan kontribusi terbesar pendapatan usaha TGRA pada tahun 2021 masih berasal dari jasa pemeliharaan. Baru di akhir tahun 2021 ada kemungkinan TGRA memperoleh tambahan kontribusi pendapatan sekitar 5% dari hasil proyek PLTM Batang Toru 3 dan PLTM Sisira yang memang dijadwalkan selesai pada saat itu.
“Kemungkinan di tahun 2022 nanti kontribusi PLTM bisa mencapai lebih dari 50% karena sudah ada beberapa proyek yang COD,” tandas Christin.
Selanjutnya: Terregra Asia Energy (TGRA) alami rugi Rp 4,72 miliar di semester I
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News