kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tertunda lama, KRAS mulai produksi baja komersial dari hasil blast furnace


Senin, 02 September 2019 / 17:54 WIB
Tertunda lama, KRAS mulai produksi baja komersial dari hasil blast furnace
ILUSTRASI. Pabrik baja PT Krakatau Steel Tbk


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah tertunda lama akhirnya proyek pembangunan blast furnace PT Krakatau Steel Tbk telah membuahkan hasil. Produk blast furnace yang berupa hot metal (baja cair panas) telah mengalir dan mampu menurunkan konsumsi listrik dan elektroda pada proses selanjutnya di pabrik slab baja.

Tepat di hari ulang tahunnya ke-49, emiten berkode saham KRAS ini lakukan produksi perdana baja gulungan canai panas (hot rolled coil) dari hasil produk pabrik peleburan baja terbarunya, blast furnace.

Baca Juga: Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) perlu harmonisasi

Dari catatan Kontan.co.id, pembangunan proyek blast furnace sejak 2012 dan ditargetkan selesai pada bulan Juli tahun 2015. Namun setelah tertunda lama, akhirnya proyek ini membuahkan hasil di tahun 2019. 

HRC yang diproduksi di fasilitas Hot Strip Mill ini memiliki kualitas free good atau prime, sehingga memenuhi spesifikasi baja komersial. 

Lima buah slab baja berhasil di-rolling di HSM ini dengan tebal 4mm dan lebar 1200mm serta panjang 11.600 mm. Total beratnya adalah 22,9 ton untuk masing-masing HRC.

Sebelumnya, hasil produk dari blast furnace yang berupa hot metal atau baja cair ini dibawa ke pabrik slab baja (Slab Steel Plant) milik perseroan untuk dilakukan pencetakan (casting) menjadi slab baja. 

Baca Juga: Aktivitas pabrik di Asia melemah pada Agustus sebagai buntut dari perang dagang 

Pabrik slab baja ini juga berperan untuk mengatur komposisi kimia dari suatu produk baja sehingga memenuhi kualifikasi untuk penggunaan baja tertentu yang diinginkan.

“Dengan menggunakan input-an baja cair dari blast furnace, kami mampu menurunkan konsumsi penggunaan listrik dan elektroda. Konsumsi listrik bisa kami turunkan hingga sekitar 30%,” ujar Silmy Karim Direktur Utama Krakatau Steel dalam keterangan pers,Senin (2/9).

Silmy menambahkan, penurunan listrik ini dikarenakan pabrik slab baja menerima material sudah dalam bentuk baja cair panas, sehingga peleburan baja menjadi lebih sedikit. 

Energi untuk pemanasan hanya digunakan untuk mempersiapkan tungku yang sudah diisi besi sponge dan scrap (besi tua) untuk menerima baja cair panas dari blast furnace. Saat ini KRAS mengevaluasi untuk menguji kehandalan dan efisiensi pengoperasian blast furnace.

Baca Juga: China akan memberikan banyak stimulus untuk topang ekonominya yang melambat

“Dalam setiap penugasan, saya selalu mendorong penyelesaian masalah-masalah yang ada, terutama masalah yg menahun. Oleh karena itu Manajemen Krakatau Steel saat ini berkomitmen untuk menyelesaikan setiap proyek dan permasalahan Perseroan yang saat ini dihadapi, dan penyelesaian proyek blast furnace ini adalah bagian dari upaya yang dilakukan manajemen saat ini guna menyelesaikan proyek yang seharusnya sudah selesai”, jelas Silmy.

Dengan telah diproduksinya baja slab dan HRC yang bersumber dari blast furnace akan mendorong perusahaan baja nasional ini untuk menghasilkan produk high value added yang dimulai dari produksi di area hulu (blast furnace dan SSP). Hal ini berdampak pada peningkatan daya saing KRAS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×