Reporter: Kenia Intan | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemadaman listrik selama lebih dari 10 jam di Jabodetabek dan sekitarnya menyebabkan kerugian yang tidak sedikit. Berdasarkan data yang dihimpun Kontan.co.id, opportunity lost PLN diproyeksikan bisa lebih dari Rp 90 miliar. Akan tetapi, masyarakatlah yang paling dirugikan atas pemadaman tersebut.
Berkaca dari kejadian itu, Ketua Prakarsa Jaringan Cerdas Indonesia (PJCI) Eddie Widiono, mengatakan saat ini ketenagalistrikan Indonesia tidak hanya memerlukan efisiensi energi tetapi juga resiliensi.
"Kita lihat sekarang, setiap kali terjadi serangan, terjadi bencana yang mengakibatkan black out, kerugiannya yang dihasilkan jauh lebih besar," jelas Eddie, Selasa (27/8).
Baca Juga: Ini penyebab terjadinya kenaikan undisbursed loan menurut para bankir
Menurut Eddie, yang penting dalam resiliensi adalah peran dari pelanggan. "Sesungguhnya semangatnya sudah ada, dalam Undang-Undang Energi No 30 tahun 2007, cuma belum ada PPnya," jelasnya lagi.
Alangkah lebih baik, kata Eddie, jika ada aturan dari Presiden yang kemudian bisa diteruskan dan disusul dengan pengintegrasian aturan-aturan dari berbagai pihak.
Selain peran pelanggan, resiliensi juga memerlukan inovasi. Ini menjadi kesempatan menarik bagi startup untuk mengembangkan bisnis ke arah ini. "Sekitar US$ 60 miliar hingga US$ 100 miliar kegiatan perekonomian yang mungkin tumbuh dari inovasi ini," katanya.
Baca Juga: APLSI siap bantu pemenuhan listrik di Ibu kota baru
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News