kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tiga program prioritas Pertamina wujudkan ekonomi hijau berkelanjutan


Senin, 17 Mei 2021 / 21:05 WIB
Tiga program prioritas Pertamina wujudkan ekonomi hijau berkelanjutan
ILUSTRASI. Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina (Persero) ingin memprioritaskan berbagai program transisi energi menuju energi baru dan terbarukan dengan memanfaatkan sumber energi yang melimpah di dalam negeri.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, saat ini Indonesia masih menghadapi tantangan untuk mengatasi defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit) akibat masih tingginya impor energi.

Di sisi lain, Indonesia merupakan negara yang mempunyai sumber daya domestik besar yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku energi.

“Untuk menjembatani kondisi tersebut, Pertamina telah memiliki 3 program prioritas sebagai bagian dari implementasi transisi energi  sekaligus ekonomi hijau,” kata Nicke sebagaimana dikutip dari siaran pers yang diterima Kontan.co.id, Senin (17/5).

Baca Juga: Pertamina targetkan membangun 10 ribu Pertashop di tahun ini

Salah satu program yang dimiliki di antaranya adalah program penurunan impor BBM jenis Solar melalui implementasi Biodiesel B20 sejak tahun 2016 dan dilanjutkan dengan B30 pada 2019.

Melalui program ini, Pertamina telah berhasil mengurangi impor solar secara signifikan. Bahkan, Pertamina sudah tidak lagi mengimpor BBM jenis solar mulai April 2019.

Selanjutnya, Pertamina juga memiliki program kedua, yaitu program pengurangan ketergantungan pada impor LPG. Hal ini ditempuh dengan menjalankan proyek gasifikasi batubara menjadi Dimethyl Ether (DME) yang bisa digunakan untuk menggantikan penggunaan LPG di dalam negeri.

“Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki cadangan batubara terbesar  berpeluang baik untuk melakukan gasifikasi batubara menjadi DME. Kami yakin dengan pengembangan DME ini dapat mencapai target pemerintah untuk bebas impor LPG pada tahun 2027,” imbuhnya.

Selain itu, terdapat pula program ketiga, yaitu penurunan impor BBM jenis Gasoline. Pada program ini, Pertamina akan mencampur Methanol dan Ethanol dengan Gasoline.

Methanol yang digunakan dapat diproduksi dari natural gas ataupun gasifikasi batubara, sementara Etanol dapat diproduksi dari gasifikasi batubara ataupun sumber bioetanol lainnya.

Baca Juga: BPH Migas kaji aturan untuk mewajibkan badan usaha bangun SPBU Mini di daerah 3T

Untuk menjamin keberlangsungan dari lini bisnis yang ada serta mengatasi isu lingkungan dari gasifikasi batubara ini, tambah Nicke, secara bersamaan Pertamina juga menerapkan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) untuk menekan emisi karbon.

Hal ini juga dilakukan sebagai bagian dari upaya Enhance Oil and Gas Recovery di sumur-sumur Pertamina untuk meningkatkan produksi migas negara.

Untuk itu, Pertamina menjajaki potensi kerja sama dengan Exxonmobil dan sedang melakukan kerja sama study CO2 injection di lapangan eksplorasi Gundih dan di lapangan eksplorasi Sukowati berkolaborasi dengan beberapa partner lainnya.

“Melalui pemanfaatan carbon capture yang terintegrasi dengan proyek DME, Pertamina yakin dapat menekan emisi karbon hingga 45%,” tutup Nicke.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×