Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto
“Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki cadangan batubara terbesar berpeluang baik untuk melakukan gasifikasi batubara menjadi DME. Kami yakin dengan pengembangan DME ini dapat mencapai target pemerintah untuk bebas impor LPG pada tahun 2027,” imbuhnya.
Selain itu, terdapat pula program ketiga, yaitu penurunan impor BBM jenis Gasoline. Pada program ini, Pertamina akan mencampur Methanol dan Ethanol dengan Gasoline.
Methanol yang digunakan dapat diproduksi dari natural gas ataupun gasifikasi batubara, sementara Etanol dapat diproduksi dari gasifikasi batubara ataupun sumber bioetanol lainnya.
Baca Juga: BPH Migas kaji aturan untuk mewajibkan badan usaha bangun SPBU Mini di daerah 3T
Untuk menjamin keberlangsungan dari lini bisnis yang ada serta mengatasi isu lingkungan dari gasifikasi batubara ini, tambah Nicke, secara bersamaan Pertamina juga menerapkan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) untuk menekan emisi karbon.
Hal ini juga dilakukan sebagai bagian dari upaya Enhance Oil and Gas Recovery di sumur-sumur Pertamina untuk meningkatkan produksi migas negara.
Untuk itu, Pertamina menjajaki potensi kerja sama dengan Exxonmobil dan sedang melakukan kerja sama study CO2 injection di lapangan eksplorasi Gundih dan di lapangan eksplorasi Sukowati berkolaborasi dengan beberapa partner lainnya.
“Melalui pemanfaatan carbon capture yang terintegrasi dengan proyek DME, Pertamina yakin dapat menekan emisi karbon hingga 45%,” tutup Nicke.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News