Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesian Mining Association (IMA) atau Asosiasi Pertambangan Indonesia mengungkap tingkat kesuksesan eksplorasi tambang, termasuk batubara di Indonesia jauh lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata eksplorasi global.
Direktur Eksekutif IMA Hendra Sinadia dalam acara media briefing & peluncuran laporan Coal in Indonesia: Paradox of Strength and Uncertainty di Jakarta, Rabu (17/6) mengatakan rasio kesuksesan eksplorasi tambang secara global hanya 5% dari total pengeboran.
"Kalau eksplorasi (biaya) US$ 100 juta, ya success ratio-nya mungkin cuma 5 ya. (Dari) 100 (pengeboran) mungkin hanya 5 yang ditemukan cadangan," katanya.
Di Indonesia rasio kesuksesan ini tertekan lagi akibat adanya berbagai macam regulasi yang harus dilalui. Seperti aturan divestasi hingga izin kehutanan.
Baca Juga: Dibayangi Risiko, 12 Perusahaan Batubara Besar Tergantung Hanya Pada 1 Aset Tambang
Kemudian, adapula kesulitan jaminan kepastian bagi perusahaan yang melakukan eksplorasi untuk bisa melanjutkan kegiatan komersial lebih sulit lantaran masalah perizinan.
"Mungkin ada aturan divestasi, izin kehutanan. Sehingga success ratio-nya bahkan di bawah global average. Jadi 2,5 sampai 3 persen," katanya.
Hendra juga mengatakan, saat ini jika ingin memiliki atau menemukan cadangan lebih, untuk eksplorasi dibutuhkan investasi terutama yang berasal dari luar negeri.
"Kalau eksplorasi dari pemain-pemain lokal itu sangat kecil. Nah, jadi konteks ini memang bisa dilihat dan sebagian besar kita enggak ada investasi baru. Jadi eksplorasi-nya juga drop. Nah, kunci untuk mendorong itu tentu harus dilihat lagi kebijakan, aturan-aturan, izin-izin," ujarnya.
Dalam catatan IMA, aset-aset tambang batubara maupun nikel saat ini sebagian besar merupakan hasil penemuan di tahun 1980-an hingga 1990-an. Secara praktiknya, sudah tidak ada cadangan baru yang didapat sejak 1990-an.
Baca Juga: UMKM Bakal Kelola Tambang, Ekonom Ingatkan Soal Permodalan
Dengan rincian, cadangan tersebut ditemukan oleh perusahaan-perusahaan tambang yang melakukan eksplorasi tambang pada 1980-an hingga 1990-an merupakan junior mining company.
Perusahaan-perusahaan tersebut mengumpulkan dana atau modal dari pasar saham serta siap mengambil risiko untuk eksplorasi.
"Itu dulu lebih dari 100 perusahaan, mostly from Australia and Kanada. Setelah 20 tahun terakhir ini, bahkan kalau sekarang itu mungkin udah dihitung dengan jari perusahaan-perusahaan yang stay di sini, katanya.
Selanjutnya: Promo Susu Anak di Alfamart Periode 16-30 Juni 2025, Bebelac Diskon sampai Rp 30.200
Menarik Dibaca: Promo Susu Anak di Alfamart Periode 16-30 Juni 2025, Bebelac Diskon sampai Rp 30.200
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News