kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tinjau ulang HPI dan produktivitas kapal, KKP: Kami tak mungkin manipulasi harga


Kamis, 14 Oktober 2021 / 20:00 WIB
Tinjau ulang HPI dan produktivitas kapal, KKP: Kami tak mungkin manipulasi harga
ILUSTRASI. Pekerja membongkar ikan jenis Cakalang di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Jakarta,


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap kembali melakukan pembahasan rancangan peraturan perundang-undangan terkait Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) khususnya terkait dengan harga patokan ikan (HPI) dan produktivitas kapal penangkapan ikan yang telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 86 dan Nomor 87 Tahun 2021.

Plt Sekretaris Ditjen Perikanan Tangkap Trian Yunanda menjelaskan, ada tiga variable penentu PNBP subsektor perikanan tangkap. Meliputi penentuan tarif dari Kementerian Keuangan, serta HPI dan produktivitas kapal penangkapan ikan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Untuk menentukan HPI dan produktivitas tersebut, KKP menggunakan data dua tahun terakhir yang dikumpulkan dari 124 pelabuhan perikanan yang ada di Indonesia. Trian menegaskan, data tersebut tidak mungkin dimanipulasi, karena KKP diawasi oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

“Nah jadi terkait HPI ini, terakhir ditetapkan tahun 2011 dengan basis data 2010. Jadi ini sudah 10 tahun tidak ada penyesuaian. Kita ngga bisa memanipulasi harga itu, tentunya 10 tahun harga-harga sudah naik, inflasi dan tentunya kita harus melakukan penyesuaian,” ungkap Trian dalam Konferensi Pers KKP secara virtual, Kamis (14/10).

Baca Juga: KKP sebut kebijakan PNBP perikanan tangkap pasca produksi lebih adil

Lebih lanjut, terdapat beberapa jenis kelompok sumber daya yang mengalami peningkatan harga yang cukup signifikan. Di antaranya tuna, kerapu, kakap dan yang paling mengalami kenaikan signifikan adalah cumi-cumi.

"Tuna naiknya 2-2,5 kali lipat. Jadi kalau 10 tahun naik dua kali lipat itu wajar, cumi ini kenaikannya luar biasa kenaikan cukup tinggi. Kita nggak bisa memanipulasi harga tersebut sesuai dengan update," tegasnya

HPI terakhir ditetapkan melalui Permendag Nomor 13 tahun 2011 dengan menggunakan basis data tahun 2010. Trian menyebut, pihaknya pernah mengusulkan perubahan hingga akhirnya kewenangan tersebut dipindahkan ke KKP.

Asisten Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Media dan Komunikasi Publik, Doni Ismanto menegaskan, evaluasi harga patokan ikan dan produktivitas kapal penangkapan ikan merupakan wujud keterbukaan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono atas aspirasi yang disampaikan masyarakat perikanan selama ini.

“Tapi harus diingat bahwa semangat hadirnya aturan yang dibuat adalah untuk menjaga sumber daya alam perikanan kita berkelanjutan. Aturan ini juga wujud keadilan bagi semua pihak, antara negara dan masyarakat yang selama ini memanfaatkan sumber daya alam perikanan yang ada,” tegasnya.

Doni meminta pelaku usaha perikanan bersikap fair bila nantinya sudah ada perubahan harga patokan ikan sebagai acuan penarikan PNBP subsektor perikanan tangkap. HPI baru merupakan win-win solution karena penetapannya pun melibatkan banyak pihak.

Doni berharap masyarakat perikanan dapat memanfaatkan secara optimal konsultasi publik yang digelar KKP hari ini, sebagai sarana untuk menyampaikan pendapat maupun saran yang dilengkapi dengan data valid.




TERBARU

[X]
×