Reporter: Filemon Agung | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Strategi PT Timah Tbk (TINS) dalam mengembangkan fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) berteknologi ausmelt dan fuming mulai menunjukkan hasilnya.
Sekretaris Perusahaan TINS Amin Haris Sugiarto ketika dihubungi Kontan.co.id menjelaskan perkembangan terbaru seputar rencana pembangunan fasilitas yang ditargetkan pada pertengahan tahun ini. "Fuming smelter sedang tahap commisioning, targetnya akhir bulan (Juli) akan beroperasi," jelas Haris, Minggu (30/6).
Sekedar informasi, Teknologi ini dapat memproses kembali tin slag (non valued material) yang saat ini tidak bisa diambil dengan menggunakan tanur. Smelter ini juga disokong teknologi ausmelt untuk memproses kadar bijih timah antara 40%–60% yang ditargetkan rampung pada 2020 mendatang.
Sementara itu, Direktur Utama TINS, Riza Pahlevi menyebut investasi untuk fuming smelter mencapai Rp 60 miliar. "Sekitar Rp 55 miliar hingga Rp 60 miliar," ujar Riza, Minggu (30/6). Sementara itu, Riza belum mau mengungkapkan besaran investasi untuk ausmelt smelter sebab proses smelter ini masih berlangsung. "Sekarang kan masih tahap lelang, kami belum bisa kasih detailnya," jelas Riza.
Dalam laporan Kontan.co.id, fuming smelter TINS berkapasitas 8.500 ton per tahun. Sementara ausmelt smelter memiliki kapasitas produksi 35 ribu ton per tahun berfungsi untuk memproduksi bijih timah kadar rendah. Kedua smelter ini berlokasi di Muntok, Bangka Barat.
Sementara itu, mengutip laporan Kompas.com, beberapa waktu lalu terjadi penutupan smelter di Pangkal Pinang akibat dari permasalahan sertifikasi clean & clear (CNC). Sejumlah perusahaan telah habis masa berlaku sertifikat bahkan ada yang belum memperoleh sertifikat tersebut.
Sertifikasi CNC ini meliputi keterangan asal usul pasir timah yang hendak dilebur menjadi timah batangan. Riza bilang smelter milik TINS tidak terdampak kasus penutupan ini. "Semua IUP TINS sudah memperoleh sertifikat CNC," ujar Riza, Minggu (30/6).
Senada, Haris mengungkapkan tidak ada smelter milik TINS yang ditutup akibat masalah sertifikasi. Namun ia tidak menutup kemungkinan akuisisi smelter-smelter yang tutup akan dilakukan oleh TINS. "Sejauh ini belum ada pembicaraan ke arah situ, tapi itu bisa jadi langkah alternatif," jelas Haris.
Dalam catatan Kontan.co.id, tahun ini produksi tin chemical dan tin soldier TINS ditargetkan mencapai 6.000 ton, naik 20% dibandingkan tahun lalu yang hanya mencapai 5.000 ton. Adapun, per kuartal I-2019 produksi biji timah TINS mencapai sekitar 21.600 ton atau tumbuh 389% yoy. Sementara itu, logam timahnya mencapai 16.300 metrik ton atau meningkat 304% yoy.
Sementara untuk produksi logam, emiten berkode saham TINS ini mencatatkan volume sekitar 16.300 metrik ton logam atau rata-rata mencapai 5.400 metrik ton per bulan, nilai ini melonjak 304% dari pencapaian produksi pada kuartal pertama tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News