Reporter: Merlinda Riska | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
JAKARTA. Persaingan ketat industri penjualan gadget tak ayal membikin PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk berstrategi untuk melebarkan jaring pemasarannya. Emiten produsen sekaligus distributor ponsel ini lebih memilih wilayah kabupaten yang relatif sepi pedagang ponsel, ketimbang wilayah perkotaan.
Untuk mendukung aksi korporasi itu, Tiphone akan mencuil dana hasil penerbitan saham baru yang belum lama ini mereka lakukan. Seperti kita tahu, Tiphone melakukan dua aksi korporasi. Aksi pertama masuknya pemegang saham baru sebesar 25% yakni anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia, bernama PT PINS Indonesia. PINS kini mendekap 25% saham Tiphone dengan cara mengambil alih 1,11 miliar saham atau setara dengan 15% saham Tiphone. Pemindahtanganan saham tersebut bernilai Rp 876,7 miliar.
PINS lantas melanjutkan aksi dengan menyuntik dana dengan cara menyerap 10% saham baru Tiphone melalui aksi penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu atau non-HMETD pada 18 September 2014 lalu. PINS membeli saham itu dengan harga Rp 812,2 per saham. Dus, Tiphone mendapatkan tambahan dana segar Rp 518,23 miliar.
Atas pembelian saham PINS tersebut, Tiphone mengungkapkan dua rencana besarnya. Pertama, Rencana penggunaan dana, manajemen Tiphone, akan memakai untuk modal kerja dan mendanai ekspansi perusahaan. "Masih kami pikirkan tapi utamanya untuk memperkuat jalur distribusi," kata Direktur Utama Tiphone Mobile Indonesia Tan Lie Pin kepada KONTAN, Selasa (16/9).
Sayangnya, Tan Lie Pin belum bisa memerinci alokasi dana tersebut. Dia hanya bilang jika salah satu ekspansi yang akan dilakukan Tiphone adalah memperbanyak jalur distribusi di wilayah kabupaten. Informasi lokasi penambahan gerai berhenti sampai di sini, sebab lagi-lagi Tan Lie Pin tak menyebutkan kabupaten mana yang dia incar.
Yang pasti, target penambahan jalur distribusi Tiphone cukup fantastis. Perusahaan berkode TELE di Bursa Efek Indonesia itu menargetkan bisa memiliki 1.000 gerai ritel yang bernama Telesindo Shop hingga akhir tahun ini. Sebagai catatan, hingga ahir Juni 2014 yang lalu, perusahaan itu baru memiliki 500 gerai. Artinya perlu 500 gerai baru.
Mempertahankan bisnis utama
Rencana kedua, pasca kehadiran PINS ke depan Tiphone akan menguatkan bisnis yang sudah ada. Tan Lie Pin menegaskan kehadiran PINS tak mengubah rencana bisnis Tiphone. "Kami tetap berbisnis di core bussiness kami selama ini yaitu bisnis distribusi yang isinya voucher dan handset," ujar Tan Lie Pin.
Sekretaris Perusahaan Tiphone Mobile Indonesia Samuel Kurniawan menambahkan dalam hitungan manajemen, kontributor terbesar pendapatan Tiphone pada akhir 2014 nanti tak akan berubah seperti tahun lalu. "Tetap saja penjualan tertinggi masih berasal dari jualan voucher seluler," katanya.
Asal tahu saja, Tiphone mengincar pendapatan Rp 15,7 triliun di pungkasan tahun nanti. Dengan perincian target, pendapatan dari penjualan handset Rp 7 triliun dan pendapatan dari penjualan voucher Rp 8 triliun. Tahun 2013, Tiphone mengantongi pendapatan Rp 10,48 triliun.
Saat ini, Tiphone mendistribusikan merek Blackberry, Samsung, HTC, LG, Huawei, dan Sony. Selain itu, perusahaan itu juga menjual ponsel produksinya sendiri dengan merek Tiphone.
Namun, tahun ini perusahaan itu menyatakan tak banyak berharap pada kontribusi pendapatan dari dari penjualan ponsel merek Tiphone. Dus, Tiphone hanya menargetkan kontribusi penjualan ponsel Tiphone 3%-5%.
Sebelumnya, Tiphone menyebutkan tengah melakukan penjajakan alias due diligence mengakuisisi salah satu perusahaan distribusi produk telekomunikasi di Indonesia. Sayangnya, baik Tan Lie Pin maupun Samuel enggan mengungkap kelanjutan proses akuisisi ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News