Reporter: Amalia Fitri | Editor: Yudho Winarto
Sementara untuk pembagian empat gelombang industri kedai kopi Indonesia diawali oleh keberadaan jenis Ready to Drink (RTD) yang disediakan kedai kopi tradisional atau warung kopi dalam kopi instan sachet yang diwakili Kapal Api, Kopi ABC, Nescafe, dan Torabika.
Sementara kedai kopi modern diwarnai oleh Dunkin, Olala, dan Excelso. Gelombang satu terjadi pada medio 1985 hingga 2000.
Gelombang kedua ditandai debgan kebiasaan mengonsumsi kopi sebagai kebutuhan fungsional menjadi kebutuhan emosional. Mengonsumsi kopi di Starbucks, Segafredo, atau Coffee Bean menaikkan gengsi sosial. Gelombang ini diperkirakan berlangsung pada 2001 sampai 2012. Pada masa ini, merk kedai kopi ala Cina Peranakan muncul, seperti Kopitiam.
"Gelombang ketiga ditandai dengan perhatian konsumen kepada proses seduhan kopi yang dibuat kedai kopi artisan seperti Tanamera di tahun 2013. Kehadiran mesin kopi menjadi referensi visual bagi pelanggan. Ini terjadi di kisaran 2013 sampai 2016," jelas Ario.
Baca Juga: Agen mesin kopi Toffin Indonesia buka showroom perdana
Pada masa ini, banyak brand masuk ke pasar kedai kopi seperti JCO Donut and Coffee milik Johny Andrean, McCafe dan Lippo Group masuk lewat Maxx Coffee.
Selanjutnya, saat ini Indonesia memasuki gelombang keempat, di mana market size bisnis kedai kopi melonjak tajam. Hal ini ditandai dengan menjamurnya kedai kopu menawarkan kopi RTD berkualitas dengan harga terjangkau.
Brand kedai kopi yang dianggap sebagai pelopor kedai Coffee to Go adalah Janji Jiwa, Kopi Kenangan, Fore, dan Tuku.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News