Reporter: Amalia Fitri | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Toffin Indonesia, perusahaan penyedia solusi bisnis untuk industri hotel, restoran, dan kafe (HOREKA), membagi pelaku bisnis kedai kopi di Indonesia menjadi 7 jenis dan 4 gelombang.
Ario Fajar, Head of Marketing Toffin berkata, kategorisasi ini, memudahkan masyarakat maupun pelaku bisnis kopi mengembangkan usaha dari sisi pemasaran, penjualan, dan operasional.
"Juga untuk membuat usaha bisnis kedai kopi bertahan lama dan mampu berkompetisi. Mereka juga akhirnya tahu apa yang sedang tren, peta persaingannya seperti apa, hingga meraba proyeksi bisnis ke depannya," ujar Ario saat pemaparan hasil riset Toffin bertajuk 2020 Brewing: Insights for Succesful Coffee Shop Business di Pullman Hotel Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (17/12).
Baca Juga: Toffin Indonesia prediksi bisnis kedai kopi masih menjanjikan di masa depan
Jenis kedai kopi yang dikategorikan oleh Toffin antara lain, American Coffee Chain seperti pada merk Starbucks, Coffee Bean, dan McCafe. Ario menjelaskan jika jenis kedai ini, biasanya berada di pusat perbelanjaan besar, memiliki wifi, serta bakery dan pastry.
Lalu jenis Italian coffee chain seperti Lily Coffe dan Segafredo. Local coffee chain seperti Djournal Coffee dan Upnormal. Selanjutnya jenis Coffee to Go seperti Janji Jiwa, Kopi Kenangan, Tuku, yang memiliki karakter tidak memiliki tempat duduk maupun bakery dan pastry. "Mereka hanya menjual kopi saja," tambah Ario.
Selanjutnya jenis kedai speciality coffee seperti Common Ground dan Tanamera. Jenis Independent coffee shop seperti Hario Cafe, dinilai memiliki karakteristik instagramable. Serta jenis yang terakhir adalah, jenis Bakery dan Pastry Cafe, seperti Harvest, JCo, dab Dunkin Donut.
Baca Juga: Toffin klaim kuasai 85% pangsa pasar
Sementara untuk pembagian empat gelombang industri kedai kopi Indonesia diawali oleh keberadaan jenis Ready to Drink (RTD) yang disediakan kedai kopi tradisional atau warung kopi dalam kopi instan sachet yang diwakili Kapal Api, Kopi ABC, Nescafe, dan Torabika.
Sementara kedai kopi modern diwarnai oleh Dunkin, Olala, dan Excelso. Gelombang satu terjadi pada medio 1985 hingga 2000.
Gelombang kedua ditandai debgan kebiasaan mengonsumsi kopi sebagai kebutuhan fungsional menjadi kebutuhan emosional. Mengonsumsi kopi di Starbucks, Segafredo, atau Coffee Bean menaikkan gengsi sosial. Gelombang ini diperkirakan berlangsung pada 2001 sampai 2012. Pada masa ini, merk kedai kopi ala Cina Peranakan muncul, seperti Kopitiam.
"Gelombang ketiga ditandai dengan perhatian konsumen kepada proses seduhan kopi yang dibuat kedai kopi artisan seperti Tanamera di tahun 2013. Kehadiran mesin kopi menjadi referensi visual bagi pelanggan. Ini terjadi di kisaran 2013 sampai 2016," jelas Ario.
Baca Juga: Agen mesin kopi Toffin Indonesia buka showroom perdana
Pada masa ini, banyak brand masuk ke pasar kedai kopi seperti JCO Donut and Coffee milik Johny Andrean, McCafe dan Lippo Group masuk lewat Maxx Coffee.
Selanjutnya, saat ini Indonesia memasuki gelombang keempat, di mana market size bisnis kedai kopi melonjak tajam. Hal ini ditandai dengan menjamurnya kedai kopu menawarkan kopi RTD berkualitas dengan harga terjangkau.
Brand kedai kopi yang dianggap sebagai pelopor kedai Coffee to Go adalah Janji Jiwa, Kopi Kenangan, Fore, dan Tuku.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News