kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45930,81   3,17   0.34%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Toffin Indonesia prediksi bisnis kedai kopi masih menjanjikan di masa depan


Selasa, 17 Desember 2019 / 20:59 WIB
Toffin Indonesia prediksi bisnis kedai kopi masih menjanjikan di masa depan
ILUSTRASI. Chairman of Speciality Coffee of Indonesia, Syafrudin dan Chairman PT Toffin Indonesia pada pemaparan riset 2020 Brewing in Indonesia: Insights foe Succesful Coffee Shop Business di Hotel Pullman Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (17/12). PT Toffin Indonesia


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Handoyo .

Bersamaan dengan itu, tingkat konsumsi kopi domestik juga meningkat. Melalui data yang dihimpun dari Global Agricultural Information Network (2019), proyeksi konsumsi domestik periode 2019/2020 mencapai 294.000 ton atau meningkat 13,9% dibandingkan tahun 2018/2019 yang berada di angka 258.000 ton.

Selaras dengan hal tersebut, konsumsi kopi di Indonesia meningkat. Sejak 2003 sampai 2017, peminum kopi aktif naik 144% di Indonesia.

Ario melanjutkan, dari sisi bisnis, penjualan produk jenis kopi Ready to Drink (RDT) juga mengalami peningkatan. Sebagai perbandingan, pada 2013 retail sales volume produk tersebut hanya sekitar 50 juta liter, sementara pada 2018 mencapai 120 juta liter.

Baca Juga: Ekspansi gerai Reserve di Medan, Starbucks kini punya 433 gerai

Toffin juga memaparkan 7 faktor pendorong pertumbuhan bisnis kedai kopi di Indonesia, di antaranya adalah, kebiasaan atau budaya nongkrong sambil minum kopi, meningkatnya daya beli konsumen kelas menengah serta harga RTD Coffee yang terjangkau.

"Kami juga menemukan gambaran jika satu individu biasanya mengeluarkan biaya sampai Rp200.000 per bulan untuk kopi. Jadi untuk kedai kopi kekinian saat ini, lebih baik memberi rentang harga antara Rp15.000 sampai Rp25.000 per cup. Jika lebih dari itu biasanya mereka menjual loyality card atau bakery juga," jelas Ario lagi.

Dalam setahun terakhir, 40% generasi milenial membeli minuman dari gerai berkonsep RTD dengan rata-rata belanja alokasi sebanyak Rp200.000 per bulan untuk membeli kopi.

Baca Juga: Tanamera Coffee memperluas pasar kopi hingga mancanegara

Ia melanjutkan, faktor lain yang menggerakkan pertumbuhan bisnis kopi adalah, dominasi anak muda Indonesia yang mengkonsumsi kopi, kehadiran sosial media untuk strategi marketing dan promosi, kehadiran platform ride hailing seperti GoFood dan GrabFood yang memudahkan proses penjualan.

Lalu, rendahnya entry barriers atau hambatan memasuki bisnis kopi, karena ketersediaan bahan baku, peralatan mesin kopi, hingga sumber daya bisnis kopi, dan margin bisnis kedai kopi cukup tinggi.

"Nilai pasar bisnis kopi tahun ini diprediksi mencapai Rp4,8 triliun. Jenis kopi kekinian berkonsep Coffee to Go (CTG) seperti Janji Jiwa, Tuku, hingga Kenangan masih menempati posisi sebagai produk favorit,"kata Ario.

Baca Juga: Menghirup keharuman fulus kedai kopi dari Kopi Konnichiwa

Melihat data di atas, pihaknya memperkirakan bisnis kedai kopi di Indonesia masih positif. Ario meyakini, RTD kopi bisa meningkat 3 kali lipat dan pertumbuhan bisa mencapai double digit. "Bisnis kopi seperti ini masih signifikan di tahun mendatang," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Strategi Penagihan Kredit / Piutang Macet secara Dini & Terintegrasi serta Aman dari Jerat Hukum

[X]
×