Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - BATAM. Lion Air Grup tengah mengawal pengembangan di sektor Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) melalui pembangunan hangar dengan total nilai investasi sebesar Rp 10 triliun hingga 2028 mendatang.
Presiden Direktur Lion Air Group Edward Sirait menyampaikan, dalam pengembangan MRO yang berlokasi di Batam, Kepulauan Riau dengan menggandeng GMF AeroAsia.
Baca Juga: GMFI: Sinergi dengan BAT dalam rangka memperluas jangkauan GMF di pasar Asia
Lion Air menyiapkan luas wilayah 30 hektare, yang mana untuk pembangunan sekitar 10 hanggar yang dibangun secara bertahap hingga 2027 ini membutuhkan investasi Rp 10 triliun.
Edward bilang, ada potensi pasar MRO yang besar baik untuk kebutuhan market dari dalam negeri maupun meningkatkan pangsa pasar MRO dari luar negeri seperti wilayah Asia Pasifik dan global.
Sementara kini serapan pekerjaan perawatan pesawat di dalam negeri masih di angka 25% untuk pasar domestik dan 3% untuk pasar MRO Asia Pasifik.
Baca Juga: GMFI gandeng Batam Aero Technic bangun hanggar tahap III dan hangga JV
Mereka memilih wilayah pengembangan MRO di Batam lantaran dekat dengan jaringan logistik perhubungan dunia yakni 20 km dari Singapura.
Selain itu, Bandara Internasional Hang Nadim memiliki runway yang mencukupi, terpanjang di Indonesia 4.000 m. “Lahan masih tersedia, tarfinya pasti dan prosesnya cepat, sewa lahan bisa selama 50 tahun,” ujarnya, Rabu (14/8).
Ia memaparkan pertumbuhan pasar perawatan akan terus meningkat, kini pasar perawatan pesawat domestik sebesar 6% per tahun mengikuti pertumbuhan pesawat domestik yang juga meningkat 6% per tahun.
Baca Juga: Bulan lalu, Lion Air catat on time performance 80,76%
Oleh karena itu GMF AeroAsia dan Batam Aero Technic bekerjasama dalam pengembangan ini. Sekarang besarnya jumlah populasi pesawat udara yang dimiliki dan dioperasikan juga lebih dari 700 pesawat.
Dengan mengembangkan sektor MRO tersebut, jia juga berharap mampu menciptakan dan penambahan lapangan kerja. Saat ini dari GMF terhitung ada 4.938 pekerja sedangkan dari BAT berjumlah 5.393 tenaga kerja, dengan kerja sama ini diproyeksikan akan menambah tenaga kerja hingga lebih dari 10.000 orang.
Baca Juga: 3 Destinasi Indonesia yang Masuk Rute Penerbangan Singapore Airlines
Makanya, seiring dengan ikhtiar terus membangun hangar mereka juga memastikan ketersediaan SDM. Guna mendukung tersedianya jumlah SDM atau tenaga kerja berdaya saing, Lion Air Group mendirikan Kirana Angkasa Politeknik yang bergerak di bidang pendidikan khususnya pendidikan aviasi.
Pendirian ini bertujuan untuk menambah tenaga kerja dengan keahlian sebagai mekanik atau teknisi pesawat.
Baca Juga: Pengamat nilai regulasi tarif LCC tanpa kepastian
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News