Reporter: Markus Sumartomdjon, Merlinda Riska | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. PT Tower Bersama Infrastrukture Tbk (TBIG) yakin dengan potensi bisnis menara telekomunikasi. Aksi akuisisi XL Axiata terhadap Axis serta regulasi bisnis telekomunikasi tak akan membuat bisnis TBIG terganggu.
Herman Setya Budi, Presiden Direktur Tower Bersama Infrastruktur mengatakan, tren bisnis telekomunikasi ke depan adalah para operator seluler fokus meningkatkan layanan bagi pelanggan. Adapun urusan infrastruktur telekomunikasi, seperti menara telekomunikasi diserahkan ke pihak ketiga, seperti bisnis Tower Bersama. "Bisnis ini masih menjanjikan," kata Herman saat berkunjung ke KONTAN, Kamis (7/11).
Untuk itu, perusahaan ini bakal terus mengembangkan bisnisnya, terutama mengembangkan jumlah menara. Tak menampik tawaran akuisisi, perusahaan milik Saratoga Group dan Provident Capital Indonesia ini juga akan menambah jumlah menara telekomunikasi secara organik.
Herman tidak merinci target penambahan menara perusahaan ini, namun, menilik pertumbuhan jumlah menara yang dibangun TBIG, per kuartal II-2013 sudah mencapai 9.308 unit. Adapun jumlah di akhir 2012 sebanyak 8.439 unit.
Ini artinya, terjadi penambahan sebanyak 860 unit atau sekitar 10,3% dari tahun 2012. "Target tambahan menara sampai akhir tahun bisa dilihat dari jumlah menara dalam enam bulan pertama tahun ini," jelas Herman.
Terbitkan obligasi
Herman juga tidak bisa menjelaskan wilayah yang menjadi target penambahan jumlah menara telekomunikasi ini. Pasalnya, kebutuhan jumlah menara ini sangat tergantung dari permintaan dari para operator seluler pelanggan perusahaan ini.
Saat ini, pelanggan Tower Bersama adalah hampir seluruh operator, seperti Telkomsel, Telkom, XL Axiata, Indosat, serta beberapa operator seluler lainnya.
Helmy Yusman Santoso, Direktur dan Chief Financial Officer Tower Bersama menambahkan, pihaknya tentu harus menyediakan dana untuk menambah jumlah menara. Untuk melaksanakan aksi ini, perusahaan bakal menerbitkan obligasi senilai Rp 4 triliun dalam kurun waktu dua tahun mendatang.
"Untuk tahap awal, kami akan terbitkan obligasi senilai Rp 1 triliun di tahun ini juga," katanya tanpa menyebut waktu pasti.
Maklum, untuk mendirikan satu menara saja, TBIG rata-rata kudu merogoh kocek antara Rp 1 miliar sampai Rp 1,1 miliar.
Sejauh ini, rasio antara jumlah menara dan pelanggan Tower Bersama sekitar 1,76 di kuartal II-2013. Artinya, satu menara melayani 1,76 pelanggan. Padahal, yang ideal adalah satu menara telekomunikasi sanggup melayani hingga 2,5 pelanggan sampai tiga pelanggan. Artinya, satu menara paling pol mampu melayani sampai tiga operator seluler.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News