Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) menyampaikan tahun ini menargetkan volume produksi CPO mencapai 1,04 juta ton. Sekretaris Perusahaan TAPG Joni Tjeng menjelaskan hal ini diperkirakan kondisi cuaca pada 2023 yang akan menuju netral.
"Pada tahun 2023 cuaca diperkirakan akan menuju netral. Berdasarkan hal tersebut target produksi CPO TAPG pada tahun 2023 mencapai 1,04 juta ton," jelasnya kepada Kontan, Kamis (23/3).
Ia melanjutkan, dalam 5 tahun belakangan industri kelapa sawit mengalami perkembangan yang cukup signifikan, khususnya pada sisi permintaan atau demand, dimana Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada sisi ekspor melalui program biodiesel B35. Sementara itu, pada sisi supply tidak ada peningkatan lahan yang signifikan seiring kebijakan moratorium dan implementasi praktik berkelanjutan.
Joni mengatakan, dalam 5 tahun ini Perseroan juga sedang mengalami pertumbuhan yang signifikan seiring umur tanaman yang sedang berada pada masa puncak dengan tingkat demand industri yang sangat baik khususnya pada domestik.
Baca Juga: Pada Tahun Ini, Golden Energy Mines (GEMS) Targetkan Produksi 40 Juta Ton Batubara
Ia mencatat TAPG turut mengalami peningkatan yang cukup baik pada produksi CPO dalam 5 tahun ini. Selama 5 tahun, peningkatan tahunan mencapai 6%. Peningkatan produksi juga secara langsung meningkatkan revenue perseroan hingga 24% dalam 5 tahun terakhir.
"Mengenai luas tanam lahan sawit perseroan untuk perkebunan kelapa sawit sudah mencapai 161.000 hektar untuk Kelapa Sawit dengan rata -rata umur tanaman di 12 tahun per 31 Desember 2022," sambungnya.
Joni melanjutkan bahwa pihaknya juga menemui beberapa hambatan dan peluang. Ia mengatakan, beberapa hambatan utama dari industri kelapa sawit adalah banyaknya perang dagang yang sering kali melakukan black campaign pada komoditas kelapa sawit. Hal ini mengganggu demand dan pada sisi supply kelapa sawit tidak akan meningkat signifikan akibat moratorium dari pemerintah yang mengatur penanaman baru.
Di sisi lain pihaknya melihat peluang di sisi keberlanjutan, Kelapa sawit merupakan satu-satunya komoditas minyak nabati yang terus mendorong penerapan ESG untuk memastikan industri yang berkelanjutan.
Asal tahu saja, TAPG mencatatkan kinerja positif sepanjang 2022. Laba bersih emiten kelapa sawit ini melesat 158% mencapai Rp 3,09 triliun, yang mendorong EBITDA tumbuh 112% dibandingkan tahun 2021 yang mencapai Rp 4,57 triliun.
Presiden Direktur TAPG Tjandra Karya Hermanto menjelaskan, peningkatan kinerja disebabkan oleh tiga hal utama. Mulai dari peningkatan produksi, mayoritas umur tanaman berada pada usia produktif, serta implementasi best agronomy practice ditambah penggunaan teknologi yang mendukung proses produksi.
Pada tahun 2022, produksi TBS dari dari kebun inti meningkat 21% dibandingkan tahun 2021 yang mencapai 3,2 juta ton, dengan pencapaian yield sebesar 24,5 ton/ha. Adapun rata-rata umur tanaman yang mencapai 12 tahun.
Baca Juga: Sido Muncul Masuk Pasar Afrika Timur, Andalkan Tolak Angin Cair dan Kuku Bima Ener-G!
Pada tahun 2022, harga komoditas masih berada pada level yang relatif baik juga didukung oleh peningkatan harga komoditas global dan berpengaruh langsung pada performa TAPG.
Harga jual crude palm oil (CPO) meningkat hingga 32% dibandingkan tahun sebelumnya, sedangkan harga jual Palm Kernel (PK) juga mengalami peningkatan harga yang sebesar 13%.
Tingginya permintaan dari China dan India dan permintaan dalam negeri, baik pada sektor pangan maupun pada sektor energi berdampak langsung pada penjualan perseroan. Penjualan CPO dan PK TAPG mencapai Rp 8,1 triliun dan Rp 1,2 triliun, atau meningkat 52% dan 42% pada tahun 2022 dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News