kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tuban Petro tak sabar menanti gembok terlepas untuk wujudkan rencana bisnis


Kamis, 31 Oktober 2019 / 09:10 WIB
Tuban Petro tak sabar menanti gembok terlepas untuk wujudkan rencana bisnis


Reporter: Markus Sumartomdjon | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Tuban Petrochemical Industries tidak sabar menanti gembok yang terkunci terlepas dan segera ingin berlari kencang saat proses konversi utang obligasi menjadi kepemilikan saham di tubuh perusahaan petrokimia tersebut terjadi.  Ini setelah risalah Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) akan menyetujui konversi utang obligasi perusahaan tersebut yang senilai Rp 2,9 triliun yang setara 175.406 lembar saham perusahaan menjadi kepemilikan saham pemerintah sebesar 95,9%. Dan berlanjut ke penekenen risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang isinya berupa penerbitan saham baru untuk menampung utang yang  di konversi.

Sukriyanto, Presidien Direktur PT Tuban Petrochemical Industries menyebutkan segala dokumen terkait rencana RUPO dan RUPSLB tersebut sudah disiapkan. Dan dalam waktu dekat, sekitar pertengahan November sudah bisa dieksekusi. “Risalah RUPO dan RUPSLB sudah disetujui Kementerian Keuangan dan tinggal tanda tangan saja,” katanya kepada KONTAN, Selasa (29/10).

Baca Juga: Dapat dana Rp 2,62 triliun, Tuban Petro yakin bisa menghemat devisa US$ 6,6 miliar

Aksi tersebut membuat pemegang saham yang lain, seperti pemilik sebelumnya PT Silakencana Tirtasari yang dimiliki Honggo Hendratmo, yang saat ini masih menggenggam kepemilikan di Tuban Petro sebesar 30% langsung terpangkas tinggal 4,1%. Artinya, sebagai pengendali perusahaan ini dipegang oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan sepenuhnya..

Seolah tidak sabar menunggu ketok palu tersebut terjadi, Tuban Petro sudah melakukan aksi korporasi. Yang pertama adalah lewat anak usaha PT Polytama Propindo, yakni meningkatkan kapasitas produksi polipropilena  dari 240.000 metrik ton per tahun menjadi 300.000 metrik ton per tahun pada Oktober 2019.  Seluruh produksi polipropilena tersebut ditujukan untuk pasar domestik.

Penambahan kapasitas produksi itu berasal dari dana internal. Kebetulan, perusahaan ini sudah anggaran belanja modal US$ 8 juta sepanjang tahun ini untuk aksi tersebut. “Pasar  produk tersebut masih besar di domestik, karena sekitar 60% masih impor,” tuturnya sambil mengklaim para distributor dan pemasok produk tersebut langsung memesan ke anak usaha tersebut.

Baca Juga: Pemerintah resmi konversi utang Tuban Petro menjadi saham senilai Rp 2,62 triliun

Secara total, kebutuhan produk propilena di pasar domestik terbilang besar yakni mencapai 1,7 juta ton per tahun. Dari kebutuhan tersebut, hanya sekitar 800.000 ton lebih yang bisa diproduksi di dalam negeri. Pertama dari Tuban Petro lewat Polytama Propindo sendiri dengan kapasitas 300.000 metrik ton per tahun, kemudian Chandra Asri sebanyak 480.000 ton per tahun dan Pertamina sebesar 50.000 metrik ton per tahun. Dan sisanya dari impor. “Dan setiap tahun bertambah sekitar 8% per tahunnya,” tuturnya.

Selain Polytama, Tuban Petro rupanya juga tidak sabar untuk segera berlari kencang, terutama untuk pengembangan usaha anak usaha lainnya. Catatan saja, Tuban Petro punya tiga anak usaha, yakni Trans-Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) sebagai produsen aromatik, Polytama Propindo produsen polypropilene, dan Petro Oxo Nusantara sebagai produsen 2-ethyl hexanol.

Dan belum lama ini sudah mendirikan anak usaha baru yakni PT Tuban Propilena Nusantara yang baru beroperasi Oktober 2019. Tugas utama perusahaan ini adalah sebagai supply chain dari ketiga anak usaha Tuban Petro tersebut supaya bisa mendapat pasokan bahan baku yang efisien dan efektif. Misalnya bisa mendapat harga yang bagus, alias murah dalam negosiasi dengan pihak ketiga untuk keperluan pasokan bahan baku karena langsung mengatasnamakan ketiga perusahaan tersebut.

Baca Juga: Kemenperin ajak semua pihak optimistis dan kebut industri petrokimia

Sukriyanto memastikan selain kedua aksi korporasi tersebut, bakal ada aksi sejenis yang akan dilakukan perusahaan ini. Misalnya saja di TPPI. Ia berupaya mengambilkan anak usaha ini kembali ke khitahnya sebagai produsen aromatik plus olefin. Saat ini, TPPI masih memproduksi aromatik dan menjalankan penugasan dari Pertamina untuk membuat mogas. Nah, rencananya, TPPI bakal membuat pabrik olefin yang memproduksi etilen dan propilena. Dan bisa bikin produk turunan yang lebih panjang lagi. “Semakin lengkap, ketahanan bagi perusahaan menjadi penting,” katanya.

Tahun depan rencananya bakal ada studi kelayakan untuk membangun pabrik olefin tersebut. Pabrik ini lokasinya bersebalahn dengan pabrik aromatik TPPI yang ada di Tuban. Diproyeksi untuk membangun pabrik ini butuh dana sekitar US$ 5 miliar – US$ 6 miliar. Dana berasal dari berbagai alternatif. Bisa dengan modal internal, pihak ketiga dan lainnya. “Termasuk juga IPO, dan ini salah satu target kami,” tuturnya.

Dengan segala rencana tersebut, manajemen Tuban Petro pun optimistis, laju pertumbuhan bisnis saat gembok dibuka bisa melaju kencang. Diproyeksi pertumbuhannya mendekali dua kali lipat pada 2020 mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×