Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) memperkirakan penjualan semen mereka akan tumbuh sekitar 2%-4% pada tahun ini. Tahun lalu, SMCB menjual 13,14 juta ton semen dan terak, turun 2,32% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Meskipun pasar semen dalam negeri masih mengalami masalah kelebihan pasokan, Lilik Unggul Raharjo selaku Direktur Utama SMCB optimistis penjualan akan tumbuh hingga 4%. Di Indonesia, hanya 52% dari total kapasitas pabrik yang terpasang yang dapat terserap.
Lilik juga mengungkapkan bahwa permintaan semen domestik masih rendah dan mengalami penurunan pada kuartal pertama tahun 2023. Tingginya inflasi dan kenaikan harga komoditas berkontribusi pada penurunan permintaan pasar semen domestik hingga terkontraksi -6,5% jika dibandingkan dengan kuartal pertama tahun 2022.
Selain masalah oversupply, Lilik menyebut permintaan semen domestik juga masih minim. Per kuartal pertama 2023, persentase pertumbuhan penjualan semen nasional masih minus. Volume penjualan semen dan terak SMCB pun turun.
Baca Juga: Tok! Solusi Bangun Indonesia (SMCB) Menebar Dividen Rp 251,78 Miliar
Kondisi tersebut didorong oleh tingginya inflasi yang turut mengakibatkan kenaikan harga komoditas, yang berkontribusi pada penurunan permintaan pasar semen domestik hingga terkontraksi -6,5% jika dibandingkan kuartal pertama tahun 2022.
Guna memaksimalkan kinerja dan mencapai target penjualan tersebut, Lilik menjabarkan sejumlah strategi yang bakal dilakukan SMCB.
Pertama, bersinergi dengan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) selaku induk usaha dalam hal distribusi produk dan rantai pasokan, sehingga dapat menekan cost. Kedua, meningkatkan penggunaan bahan bakar alternatif dan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Sejauh ini, SMCB sudah menggunakan sekam padi dan hingga sampah kota sebagai sumber bahan bakar alternatif.
“Saat ini untuk mendapatkan 100% penggunaan alternative fuel butuh waktu. Namun sekarang ada pabrik di SMCB yang menggunakan energi alternatif tertinggi di kisaran 21%-22%,” kata Lilik dalam paparan publik yang digelar Jumat (12/5).
Baca Juga: Laba Semen Indonesia (SMGR) Tumbuh 11,1% Menjadi Rp 562 Miliar per kuartal I-2023
Ketiga, meningkatkan operational excellence hingga meluncurkan produk dengan nilai tambah (added value) yang memiliki keunggulan kompetitif seperti beton speed grade ramah lingkungan hingga minimix.
Keempat, produsen semen merk Dynamix ini juga memaksimalkan pasar ekspor. Peluang terbukanya pasar ekspor SMCB berkat kerja sama dengan Taiheiyo Cement Corporation (TCC). SMCB akan melakukan ekspor ke Amerika Serikat (AS) dan negara-negara yang seperti Australia dan Filipina.
“Kami tidak hanya menjual ke domestik tapi juga ke pasar ekspor. Misal volume penjualan naik sampai 4% pun tetap oversupply," sambung Lilik.
Baca Juga: Solusi Bangun Indonesia (SMCB) Gunakan Tenaga Surya di Pabrik Tuban
Demi memuluskan rencana ekspor, SMCB saat ini sedang merampungkan pembangunan pelabuhan jetty yang nantinya digunakan untuk mengirim semen. Pelabuhan yang berlokasi di Kabupaten Tuban Jawa Timur ini diharapkan bisa selesai awal 2024. Nantinya, semen yang dilempar ke pasar ekspor sekitar 500.000 ton hingga 1 juta ton per tahun.
Per kuartal pertama 2023, SMCB mencatatkan volume penjualan sebesar 3.14 juta ton atau lebih rendah 8% ketimbang realisasi penjualan pada kuartal pertama 2022 yang mencapai 3.38 juta ton.
SMCB tercatat membukukan pendapatan sebesar Rp 2,92 triliun di kuartal pertama 2023, tumbuh tipis dari Rp 2,90 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Tetapi laba bersih SMCB turun 16% menjadi Rp 149 miliar. Penurunan laba disebabkan oleh peningkatan beban pokok pendapatan akibat tingginya biaya energi khususnya batubara, dan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) untuk proses distribusi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News