Reporter: Pamela Sarnia | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Pabrikan sepeda motor PT TVS Motor Company Indonesia makin gencar berjualan motor roda tiga di Indonesia pada tahun depan setelah selama ini lebih banyak menjajakan motor roda dua. Tidak tanggung-tanggung, TVS akan memproduksi motor roda tipe penumpang dan niaga sekaligus, baik yang desainnya open tray maupun boks.
Langkah ini sekaligus menjadi alternatif penjualan TVS karena persaingan di pasar motor roda dua sudah dikuasai agen pemegang merek (APM) Jepang sementara pasar motor roda tiga masih sepi pemain. "TVS susah bersaing dengan merek Jepang di roda dua karena mereka sudah 50 tahun di sini sedangkan TVS baru 10 tahun," ujar Rio Aditya Putra, Deputy Manager Corporate Communication PT TVS Motor Company Indonesia kepada KONTAN, Senin (26/12).
Untuk yang tipe penumpang, Rio mengatakan, TVS sudah mulai produksi 100 unit per bulan dengan jumlah yang sudah beredar di Jakarta sekitar 6.000 unit. Saat ini TVS sedang memperluas distribusi motor roda tiga penumpang ke daerah di luar Jakarta seperti Bekasi, Bengkulu, dan Yogyakarta.
Sementara, produksi motor roda tiga niaga baru mulai diproduksi di pabrik TVS yang berlokasi di Karawang, Bekasi, Jawa Barat. Targetnya, sebanyak 50 unit baru akan diluncurkan tahun depan. Motor roda tiga niaga tersebut nantinya ditawarkan di harga Rp 30 juta-Rp 40 juta. "Yang motor roda tiga niaga akan kami launch di minggu kedua Januari," ujar Rio.
TVS tertarik masuk pasar motor roda tiga niaga karena belum ada pesaing kuat. Apalagi, di negara asal TVS, India, TVS sudah berpengalaman memproduksi motor roda tiga.
"Kami melihat ceruk pasar yang lumayan besar di roda tiga niaga kargo karena di sana belum ada pemain besarnya, baru ada pemain China. Kami juga punya kemampuan memproduksi itu," kata Rio.
Maka dari itu, di tahun awal, kata Rio, TVS percaya diri menguasai pangsa pasar yang cukup besar. "Kami berharap bisa menguasai 20% market share di tahun pertama," kata Rio.
Untuk mencapai target tersebut, TVS akan fokus untuk berjualan di daerah Jawa Barat dulu. Setelah itu baru TVS mengincar wilayah lain namun daerah incarannya bukan Ibu Kota maupun kota besar.
"Target awalnya bukan Jakarta. Kami mulai di Bandung karena kami sudah uji pasar di sana dan sudah mendapatkan beberapa kerja sama dari penyedia dari penyedia armada. Setelah itu, sambil melihat hasil penjualannya seperti apa baru kami ekspansi lebih besar lagi," ujar Rio.
Tidak hanya menguasai pasar dalam negeri, TVS juga berencana menjajal pasar mancanegara. "Ekspor pasti tapi kami masih dalam penjajakan, fokus untuk pasar ASEAN," ujar Rio.
Selain memproduksi motor roda tiga niaga, TVS berencana memproduksi motor roda penumpang beroda tiga listrik di akhir 2017. Kendaraan listrik roda tiga pertama di Indonesia tersebut nantinya akan fokus didistribusikan di daerah wisata seperti Aceh, Bengkulu, dan Bali.
"Prototipenya sudah ada di India. Sekarang kami sedang uji pasar dan mengumpulkan feedback-nya. Jadi kemungkinan akhir tahun depan mulai produksi," ujar Thiyagarajan usai kunjungan di Kementerian Perindustrian, Jumat (23/12).
Adapun TVS mengklaim rencana penambahan produksi untuk model kendaraan roda tiga niaga dan listrik tidak membutuhkan tambahan investasi. "Mereka sudah investasi US$ 150 juta sejak 2005 secara bertahap. Tapi, untuk penambahan produksi ini mereka tidak ada tambah investasi," ujar I Gusti Putu Suryawirawan, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika, Jumat (23/12).
Ekspor roda dua
Gencarnya TVS memasuki pasar roda tiga tidak berarti produksi motor roda duanya ditinggalkan. Tahun depan, TVS berencana meningkatkan penjualan motor roda dua dengan cara menggenjot ekspor motor roda dua. "Ekspor tahun lalu 15.000 unit, tahun ini kami akan mencapai 25.000 unit, tahun depan 32.000 unit," ujar V Thiyagarajan, Presiden Direktur PT TVS Motor Company Indonesia ketika mengunjungi Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Jumat (23/12).
Untuk mencapai target tersebut, Rio mengatakan, TVS mengincar negara tujuan ekspor baru. Serta memaksimalkan penjualan di negara yang baru dimasuki TVS seperti FIlipina dan Myanmar yang permintaannya sedang berkembang. "Saat ini kami sedang mendekati Malaysia. Kami sedang ada pengujian di sana karena kami harus menunggu perizinan dulu dari mereka baru kami bisa masuk," ujar Rio.
Berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), Januari 2016-November 2016 kontribusi ekspor TVS 92,08% dari total penjualan. Thiyagarajan mengakui TVS fokus ke pasar ekspor karena kompetisi pasar roda dua di dalam negeri sudah sangat kuat. Maka dari itu, perusahaan pun mengubah strategi penjualan motor roda dua di dalam negeri.
"Kami mau saja fokus di domestik tapi tahun ini ubah strategi penjualan ke segmen premium, jadi mulai meluncurkan Apache 200 dan kami akan membawa Akula tahun depan. Kami ubah strategi ke premium karena kompetisi sudah sangat kuat, customer punya banyak opsi karena itu kami berpikir untuk fokus di segmen premium," ujar Thiyagarajan.
Thiyagarajan mengatakan motor sport Akula 310 akan mulai diproduski pada 2017 di pabrik Karawang, Bekasi, Jawa Barat di 2017. Nantinya, Akula 310 akan dijual dengan kisaran harga Rp 50 juta."Akula akan diluncurkan semester satu tahun depan," ujar Thiyagarajan.
Motor dengan kapasitas mesin 310 cc hasil tersebut merupakan hasil kerja sama dengan produsen otomotif asal Jerman, BMW. Rio mengatakan, Akula 310 didesain full firing berbeda dengan G 310 R keluaran BMW yang modelnya street fighter.
"Mesinnya didesain oleh BMW tapi untuk desain body, styling, dan produksi dari TVS. Kerja samanya lebih ke arah alih teknologi. TVS belum punya pengalaman untuk memproduksi motor dengan cc besar dan sebaliknya BMW belum punya pengalaman untuk memproduksi motor dengan cc kecil," ujar Rio.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News