kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

UBM gelar pameran bahan pangan 2017


Kamis, 02 Maret 2017 / 23:30 WIB
UBM gelar pameran bahan pangan 2017


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. PT UBM Pameran Niaga Indonesia akan menggelar pameran dan konferensi Health ingredients South East Asia (Hi SEA) 2017 pada 22-24 Maret 2017 di Jakarta International Expo (JIExpo), Kemayoran.

Hi SEA 2017 merupakan pameran khusus bahan baku untuk pangan fungsional dan nutrasetikal yang memberikan peluang bagi profesional industri health ingredient untuk berinteraksi, bertukar pengalaman dan membangun jaringan bisnis.

Event Director PT UBM Pameran Niaga Indonesia Maria Lioe mengatakan, Hi South East Asia di Indonesia kembali diadakan sebagai pembuktian bahwa pameran ini menjadi sebuah platform terpercaya bagi badan pemerintah, asosiasi perdagangan, lembaga regulator dan industri pangan fungsional dan nutrasetikal khususnya.

"Hi South East Asia diharapkan dapat berkontribusi meningkatkan industri pangan fungsional dan nutrasetikal di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara.” kata Maria dalam keterangan pers, Kamis (3/2).

Maria Lioe mengatakan, Indonesia masuk dalam 10 besar pasar global untuk kesehatan dan kebugaran. Karena konsumen Indonesia saat ini sudah semakin sadar akan pola makan sehat dan rela mengadopsi pola makan khusus demi bisa mengatasi berbagai masalah gangguan kesehatan.

Selain itu, peningkatan biaya kesehatan juga menjadi faktor yang mendorong upaya pencegahan melalui pola konsumsi yang sehat karena dianggap lebih menguntungkan. Hal ini menyebabkan minat tinggi terhadap bahan pangan yang memiliki komposisi gizi baik dan juga fungsi fisiologis bermanfaat bagi tubuh, sehingga muncul tren pangan fungsional dan nutrasetikal.

Menurut data Nielsen’s new Global Health and Ingredient-Sentiment Survey yang dilakukan di 63 negara (termasuk Indonesia) menunjukkan, 80% konsumen Indonesia menjalani diet khusus yang membatasi atau melarang mengkonsumsi makanan/minuman atau bahan-bahannya.

Hampir dua pertiga konsumen (64%) mengatakan mereka bersedia membayar lebih untuk makanan atau minuman yang tidak mengandung bahan-bahan yang tidak diinginkan. Selain itu, 89% masyarakat Indonesia juga mengurangi konsumsi makanan/minumuman yang tinggi lemak, gula dan karbohidrat.

Prof. Dr. C. Hanny Wijaya, Ketua Perhimpunan Penggiat Pangan Fungsional dan Nutrasetikal Indonesia (P3FNI) mengatakan, Indonesia memiliki potensi sumber daya health ingredients yang besar untuk dapat dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan para pelaku industri makanan dan minuman sehat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×