Reporter: Pamela Sarnia | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Bisnis consumer goods atau barang konsumsi memang tak ada matinya. Inilah yang membikin produsen minuman Teh Kotak dan Ultra Milk yakni PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk, berani memasang target tinggi pertumbuhan laba bersih pada tahun ini.
Ultrajaya Milk Industry masih yakin bisa memenuhi target laba bersih Rp 700 miliar tahun ini. Sebagai pembanding, tahun lalu perusahaan berkode ULTJ di Bursa Efek Indonesia tersebut mencatatkan laba bersih Rp 523 miliar. Dengan begitu, target pertumbuhan laba bersih tahun 2016 setara dengan 33,8%.
Untuk memenuhi target laba sebesar itu, emiten dengan kode saham ULTJ ini harus mencatatkan pertumbuhan penjualan 10%-15% selama tahun ini. Jika dihitung, target penjualan ini setara Rp 4,83 triliun-Rp 5,05 triliun.
Sementara untuk memenuhi target pertumbuhan penjualan, manajemen ULTJ hanya mengandalkan produk yang ada. Pasalnya, tak ada rencana menambah produk baru sepanjang tahun ini. Berbeda dengan strategi tahun depan. "Kalau tahun depan mungkin kami mengeluarkan produk baru," ujar Eddi Kurniadi, Sekretaris Perusahaan ULTJ kepada KONTAN, Jumat (5/8).
Asal tahu, Ultrajaya Milk Industry membagi produk dalam lima kategori. Pertama, susu segar UHT yang terdiri dari lima merek produk. Kedua, susu kental manis dengan merek Cap Sapi.
Ketiga, minuman teh UHT yang diwakili Teh Kotak Jasmine Tea dan Teh Kotak Flavoured Tea. Kategori keempat adalah minuman kesehatan UHT yang terdiri dari Sari Kacang Ijo dan Sari Asem Asli.
Terakhir Kiyora, merek minuman teh dalam kemasan. Ultrajaya Milk Industry menjalankan bisnis tersebut bersama dengan perusahaan asal Jepang yakni Ito En Ltd.
Kedua perusahaan membikin anak usaha patungan bernama PT Ultrajaya Ito En Manufacturing. Ultrajaya Milk Industry punya saham 55% dan Ito En Ltd sebesar 45%.
Diincar Asing
Menurut catatan internal Ultrajaya Milk Industry, minuman susu menjadi sumber pundi-pundi pendapatan terbesar yakni 64,9%. Sisanya, 25,3% kontribusi penjualan teh dan minuman kesehatan. Lalu 9,7% dari bisnis lain-lain.
Meski seolah tak terlihat melakukan manuver besar dalam mengejar target 2016, Ultrajaya Milk Industry tetap memasang starategi. Paling tidak, perusahaan yang memulai usaha di Kota Kembang Bandung itu, menaikkan harga jual produk rata-rata sebesar 3% pada semester I-2016.
Strategi itu nyatanya jitu mengantarkan Ultrajaya Milk Industry pada capaian pertumbuhan kinerja 4,57%. Penjualan mereka yang semula Rp 2,19 triliun pada semester I-2015 menjadi Rp 2,29 triliun pada semester I 2016.
Namun Ultrajaya Milk Industry tak mau dapat tudingan asal menaikkan harga jual. Manajemen perusahaan bilang, kenaikan harga jual produk untuk mengimbangi kenaikan harga bahan baku. Dus, perusahaan perlu menyesuaikan harga.
Menurut Eddi, kenaikan harga itu adalah kali pertama, setelah dua tahun lalu. "Kami juga tidak setiap tahun menaikkan harga kecuali ada kejadian luar biasa, setahun tidak mungkin menaikkan harga dua kali," kata Eddi.
Kinerja ULTJ ini juga menarik bagi investor asing. Decker & Co, Kamis (4/8) menyatakan telah membeli 197 juta unit saham perusahaan ini, dengan harga Rp 4.000 per saham. Harga itu lebih rendah 2,4% ketimbang harga perdagangan Kamis (4/8) di level Rp 4.250. Total transaksi US$ 60 juta.
Hanya saja Eddi belum bisa menjelaskan mengenai detil transaksi perubahan saham ini. "Tunggu penjelasannya hari Senin," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News