kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.260.000   -26.000   -1,14%
  • USD/IDR 16.744   22,00   0,13%
  • IDX 8.223   -19,36   -0,23%
  • KOMPAS100 1.147   -2,12   -0,18%
  • LQ45 840   -1,47   -0,17%
  • ISSI 284   -1,04   -0,37%
  • IDX30 441   0,48   0,11%
  • IDXHIDIV20 510   -0,98   -0,19%
  • IDX80 129   -0,19   -0,15%
  • IDXV30 135   -0,71   -0,52%
  • IDXQ30 141   0,26   0,19%

UMKM Difabel Buka Peluang Usaha, Bikin Puzzle Hijaiyah untuk Anak-anak


Rabu, 05 November 2025 / 07:59 WIB
UMKM Difabel Buka Peluang Usaha, Bikin Puzzle Hijaiyah untuk Anak-anak
ILUSTRASI. Kontan. Djoko Tri Saptono, salah satu UMKM dari kelompok disabilitas di pameran Pesantren Inklusi Berdaya (istimewa).


Reporter: Tim KONTAN | Editor: Ridwal Prima Gozal

KONTAN.CO.ID - Semarang Tangan Djoko Tri Saptono tampak sibuk merapikan deretan produk jualannya di acara Pesantren Inklusif Berdaya di Semarang, Jawa Tengah, baru-baru ini. Ia sudah mulai berbenah sejak pukul tujuh pagi, meski pengunjung dan tamu baru berdatangan dua jam kemudian.

Semangat Djoko menular ke rekan-rekannya sesama difabel yang juga menata produk dan karya mereka di stan pameran. Tak sedikit pun Djoko mengeluh, meski harus memapah tubuhnya dengan dua tongkat. “Hampir semua souvenir ini saya buat sendiri, kalau ada pesanan lebih baru dibantu,” kata Djoko sambil mengusap keringat menceritakan proses setiap produk jualannya.

Djoko, 55 tahun, mengidap polio sejak usia empat tahun. Ia membuat aneka souvenir dan karya dari bahan daur ulang yang dibingkai menjadi kebutuhan apapun, salah satunya hiasan dinding. Sebisa apapun yang ada di sekitarnya, ia ubah menjadi sesuatu yang bernilai, kemudian ditawarkan ke komunitas, kenalan, atau di pameran seperti ini.

“Ini juga saya bikin papan puzzle buat bantu anak-anak belajar huruf hijaiyah (abjad Arab yang digunakan untuk menulis/membaca Al-Qur'an). Awalnya buat pas musim COVID kemarin dan yang beli lumayan” ujar Djoko.

“Saya juga jualan makanan keripik, makanan ringan, tapi ini kadang-kadang saja,” sambung Djoko.

Kontan - Dok/Istimewa. Puzzle papan huruf hijaiyah yang dibuat oleh Djoko Tri Saptono (istimewa).
Kontan - Dok/Istimewa. Puzzle papan huruf hijaiyah yang dibuat oleh Djoko Tri Saptono (istimewa).

Di pameran ini, Djoko tertarik mengikuti pelatihan yang menghadirkan e-commerce Shopee

sebagai pemateri. Ia tak ingin melewatkan kesempatan, bahkan sudah berencana membuka akun penjual di platform berwarna oranye itu. Ia mulai membayangkan hasil karyanya bisa dikenal lebih luas, tak hanya di sekitar komunitas atau jejaring kenalan.

“Ya tentunya kita kan yang namanya usaha ingn maju, ingin berkembang, nggak gitu-gitu aja. Meskipun sekarang masih bisa bertahan, tapi tetap ingin naik lagi. Nanti mau belajar pakai Shopee. Syukur-syukur penjualan naik, pembeli makin banyak, otomatis penghasilan juga naik,” ucap Djoko yang sudah lebih dari 5 tahun berwirausaha seperti ini.

Sementara itu, Siti Fatimah Nur Khusnaini, atau akrab disapa Ibu Nini, datang bersama putrinya, Febrina Kartika, 22 tahun. Sudah lebih dari lima tahun keduanya menekuni usaha makanan dan minuman ringan, namun baru dua tahun terakhir Febrina mulai aktif membantu. Febrina merupakan difabel tuna wicara.

Ia ingin, Febrina bisa lebih mandiri dan percaya diri. Sebagai pengampu kelompok difabel Gading Semar, Ibu Nini ingin membuktikan bahwa keterbatasan tak seharusnya membuat seseorang bergantung pada belas kasihan.

“Jadi saya dampingi, saya ajari. Yang penting dia bisa berkarya dan mandiri, tidak tergantung pada siapa pun. Itu yang saya lakukan ke Febrina,” kata perempuan yang akrab disapa Ibu Nini ini.

“Saya jual juga susu jelly Ada kerupuk telur asin, keripik. Misalnya waktu bikin kue kering untuk lebaran, dia yang menimbang bahan. Saya tulis misalnya ‘terigu 400 gram’, dan dia tinggal nimbang. Lama-lama terbiasa. Dia juga yang mixer, yang bentukin nastar, semua bisa, meski awalnya masih saya dampingi,” kata dia.

Kontan - Dok/Istimewa. Ibu Nini dan Febrina, menunjukkan produk jualannya berupa susu jelly dan kerupuk telur asin (istimewa).
Kontan - Dok/Istimewa. Ibu Nini dan Febrina, menunjukkan produk jualannya berupa susu jelly dan kerupuk telur asin (istimewa).

Lewat Febrina pula, Ibu Nini pun sangat antusias kelak usahanya bisa dipromosikan di eCommerce. Selama ini produknya masih ditawarkan lingkar keluarga, teman, tetangga dan komunitas. Ia pun penasaran bagaimana toko bisa dipromosikan lewat tautan link Shopee yang tersebar di WhatsApp atau media sosial.

“Itu juga saya ingin pelajari (cara tautan link Shopee). Tentunya harus punya toko dulu, ya. Mudah-mudahan Febrina bisa ke sana. Karena nanti kalau saya sudah tidak bisa mendampingi, saya berharap kakak-kakaknya bisa terus membimbing dia,” kata Nini.

Acara Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat Berbasis Pesantren yang diinisiasi Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan ini melibatkan beragam kelompok untuk terus tumbuh dan meningkatkan daya saing. Selain kelompok difabel, kegiatan pelatihan dan pameran juga diikuti para penyuluh agama serta siswa SMK Pesantren yang mendapat kesempatan magang di kawasan industri.

Selanjutnya: Upaya Menjaring Dana Asing

Menarik Dibaca: HP Kamera Terbaik 2025 yang Cocok Buat Bikin Konten TikTok, Cek Spesifikasinya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU

[X]
×