kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.590.000   29.000   1,13%
  • USD/IDR 16.782   -20,00   -0,12%
  • IDX 8.538   -46,87   -0,55%
  • KOMPAS100 1.181   -4,39   -0,37%
  • LQ45 845   -3,52   -0,41%
  • ISSI 305   -2,17   -0,71%
  • IDX30 436   -0,64   -0,15%
  • IDXHIDIV20 511   0,73   0,14%
  • IDX80 132   -0,80   -0,61%
  • IDXV30 138   -0,07   -0,05%
  • IDXQ30 140   0,34   0,25%

Kebutuhan Gas Industri Meningkat, Pakar Dorong Eksplorasi 68 Cekungan di Indonesia


Rabu, 24 Desember 2025 / 19:51 WIB
Kebutuhan Gas Industri Meningkat, Pakar Dorong Eksplorasi 68 Cekungan di Indonesia
ILUSTRASI. Turbin gas industri Siemens Gas and Power (Dok/Siemens AG)


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Praktisi sektor minyak dan gas (migas) Hadi Ismoyo mendorong agar pemerintah melakukan eksplorasi atas 68 cekungan (basin) di Indonesia yang memiliki potensi untuk menambah produksi migas dalam negeri.

Hal ini dinilai perlu dilakukan sebagai rencana jangka panjang, atas peningkatan kebutuhan migas, utamanya gas bumi untuk sektor Industri di Indonesia.

"Wajib hukumnya pemerintah melalui Pertamina untuk di dorong terus dalam eksplorasi new basin untuk mencari gas. Kita masih punya 68 new basin yg belum di-explore," ungkap Ismoyo kepada Kontan, Rabu (24/12/2025).

Adapun keputusan Kementerian ESDM untuk memangkas ekspor gas secara bertahap dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan, memang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gas dalam negeri, utamanya untuk gas industri terlebih dahulu.

"Gas tersebut prioritas utama memang untuk keperluan dalam negeri, dan jika surplus tetap bisa kita ekspor. Namun perlu diingat step from exploration to exploitation butuh 10 sampai 15 tahun baru on stream. Banyak tahapan yang harus dilalui dari sisi teknis dan commercial," jelasnya.

Baca Juga: Kepastian Pasokan Gas Bumi Jadi Penentu Hilirisasi Industri Nasional

Adapun, keputusan ini ungkap Ismoyo pasti akan berdampak pada penurunan devisa ekspor gas Indonesia serta kemungkinan penalty dari kontrak ekspor gas yang telah terjalin.

"Tentu berdampak pada devisa export, dan juga mungkin pinalty karena tidak ter-deliver (dikirim) sesuai volume kontrak," tambahnya.

Lebih efektif lagi jika pemerintah dalam paralel dengan target pembangunan infrastruktur gas secara masif, sehingga konektivitas antar kawasan dan industri pemakai gas bisa efesien.

Baca Juga: Kemenperin Sebut Ada Pasokan Gas Tambahan, Ini Permintaan dari Pelaku Industri

Sebelumnya, pada April 2025, SKK Migas sempat menyebut bahwa pemerintah akan melakukan penyesuaian alokasi ekspor gas ke Singapura guna memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Kepala SKK Migas Djoko Siswanto mengatakan pemerintah akan mengurangi alokasi ekspor gas dari Sumatra dan mengalihkannya ke pasar domestik mulai Juni 2025.

Sementara itu, pemenuhan permintaan gas Singapura akan dioptimalkan dari pasokan gas Natuna.

"Sementara ini, kita masih mengupayakan pemenuhan LNG dari dalam negeri. Kita akan memaksimalkan realokasi ekspor gas pipa dari Natuna, sementara ekspor dari Sumatra ke Singapura kita kurangi untuk kebutuhan dalam negeri," kata Djoko. 

Baca Juga: Penuhi Kebutuhan Gas Dalam Negeri, Alokasi Ekspor Gas Dialihkan

Selanjutnya: Jasamarga Catat 994 Ribu Kendaraan Tinggalkan Jabotabek, Naik 12,1% dari Lalin Normal

Menarik Dibaca: Kiat Cerdas Kelola Finansial untuk Pekerja Lepas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×