Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Sintesa Group gencar ekspansi di produk kesehatan lewat label Sintesa Health. Jika tak ada aral melintang, akhir bulan Mei ini, konglomerasi bisnis ini akan mengeluarkan produk kesehatan anyar.
Menurut Shinta Widjaja Kamdani, Chief Executive Officer Sintesa Group, produk kesehatan ini berfungsi untuk memompa vitalitas laki-laki dan perempuan. "Sintesa Health siap meluncurkan produk baru lagi bernama Unigra," kata Sinta kepada KONTAN, Selasa (24/5).
Sayang, Shinta belum merinci lebih banyak produk Unigra. Yang jelas, pihaknya bakal menyasar target pasar kalangan menengah ke atas.
Dalam catatan KONTAN, Grup Sintesa mendirikan Sintesa Health lewat anak usaha PT Sintesa Duta Sejahtera pada tahun 2013. Pertimbangannya perusahaan ini melihat tren gaya hidup sehat di kalangan menengah atas terus meningkat.
Saat itu, Sintesa Health meluncurkan enam produk. Tiga produk kesehatan seperti untuk melawan virus dan diabetes dan beberapa produk kecantikan. Harga per produk mulai dari ratusan ribu sampai jutaan rupiah.
Uniknya, penjualan produk ini bergaya penjualan langsung atau direct selling dengan mengandalkan para tenaga pemasar. Lagi-lagi Shinta tidak merinci target bisnis dari lini bisnis sambil menunggu peluncuran Unigra yang berlangsung Jumat (27/5).
Selain menambah varian produk kesehatan, Sintesa juga tengah menjajaki bisnis ritel. Kali ini di ritel kesehatan, laiknya gerai Guardian atau Dan Dan. Sintesa tidak sendirian di bisnis ini. Pihaknya bakal menggandeng perusahaan asal Korea Selatan.
Hanya Shinta belum mau merinci rencana bisnis ini. "Masih dalam penjajakan. Kemungkinan baru bisa terealisasi tahun depan," paparnya.
Ekspansi Sintesa ke produk kesehatan dan ritel sejenis ini lantaran melihat potensi bisnis farmasi yang besar di Indonesia. Sintesa memilih produk non obat seperti suplemen kesehatan lantaran pasarnya terbilang besar.
"Dari segi produksi, bahan baku tersedia. Konsumen usia produktif di Indonesia masih sangat banyak," kata Shinta.
Mengenai investasi di bisnis kesehatan ini, Shinta tidak mau bilang secara spesifik. Tapi ia mengklaim jumlahnya tidak terlalu besar lantaran masih proses penjajakan.
Target konservatif
Yang jelas, kembalinya Sintesa ke bisnis ritel mengobati kekecewaan masa silam. Kala itu, rekan bisnis Sintesa Group yakni Metro Group pemilik perkulakan Metro Cash and Carry membatalkan rencana membuka gerai ritel Metro di Indonesia bersama Sintesa Group.
Shinta berharap ekspansi bisnis ke produk kesehatan dan terutama ritel kesehatan ini bisa membawa peruntungan.
Maklum, pertumbuhan bisnis Sintesa Group tahun lalu kurang memuaskan. Kinerja bisnis beberapa lini bisnis Sintesa Group turun.
Untungnya, sejumlah lini bisnis lainnya mencatatkan hasil yang positif. Hasilnya, Sintesa Group tahun 2015 lalu masih mencatatkan pertumbuhan pendapatan sekitar 10% dibandingkan dengan 2014 yang tercatat US$ 1,2 miliar. Artinya pendapatan 2015 sekitar US$ 1,32 miliar.
Melihat hasil ini, Shinta pun menargetkan pertumbuhan bisnis 10% di akhir tahun ini, Dengan bidang andalan di produk konsumer yang bisa berkontribusi 40%. Sisanya dari sektor energi serta properti dan industri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News