Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. REI DKI melihat tantangan industri properti semakin besar. Meskipun sektor diprediksi tumbuh tahun ini, namun pelaku industri harus bekerja keras dalam mengadapi tantangan kenaikan inflasi dan suku bunga.
Disamping itu, ada tantangan lain yakni persyaratan pengajuan kredit pemilikan rumah (KPR) yang semakin ketat dari sebelumnya. Arvin F. Iskandar, Ketua DPD REI DKI Jakarta mengatakan, banyak pengajuan KPR masyarakat belakang ditolak seiring semakin ketatnya penyaluran KPR.
Salah satu penyebabnya adalah pinjaman online. Dia bilang, jika dulu pengajuan KPR banyak ditolak karena bermasalah dari sisi kartu kredit, kini penolakan banyak muncul karena calon nasabah tidak lulus BI Checking atau yang sekarang dikenal dengan nama SLIK OJK karena terlilit utang di pinjol tanpa sadar. "Ditambah lagi adanya tantantangan terhadap status kerja konsumen yang berubah dari karyawan tetap menjadi kontrak,” kata Arvin baru-baru ini.
Sebelumnya, Wakil Direktur Utama Bank BTN Nixon Napitupulu dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR juga menyoroti dampak pinjol terhadap pengajuan KPR. Ia mengatakan, pengajuan pemohonan KPR memang banyak tertolak karena tidak lulus SLIK. Calon nasabah terjerat utang di pinjol.
Meskipun pinjaman debitor terhadap pinjol tidak besar, lanjut Nixon, namun sangat mempengaruhi penilaian dalam memberikan fasilitas pembiayaan rumah. Kesulitan tersebut makin bertambah karena perusaahan pinjol bukan dari perbankan. Sehingga bank tidak bisa melakukan cross check ke pemberi pinjol tersebut.
Oleh karena itu, REI berharap adanya solusi berupa dukungan kebijakan dari regulator dan perbankan bagi para pelaku industri properti. Dengan cara memberikan relaksasi, tanpa mengurangi upaya-upaya mitigasinya.
David Iman Santosa, Wakil Ketua DPD REI DKI Jakarta Bidang Pembiayaan dan Perpajakan meminta pemegang otoritas terus berkoordinasi sehingga bisa menghasilkan terobosan berupa relaksasi pembiayaan yang tepat bagi pertumbuhan bisnis properti.
“Peran BI, OJK dan perbankan harus betul-betul tepat dalam melakukan identifikasi persoalan lapangan yang terus berubah. Jangan sampai menghambat namun tetap dalam koridor memitigasi risiko yang ada,” ujarnya.
Di samping itu, REI DKI juga berkomitmen memberikan kontribusi dalam mengatasi permasalahan sosial yang dihadapi masyarakat Jakarta seperti kemiskinan, pendidikan dan kesehatan, serta terus bersinergi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam membangun ibu kota.
Terbaru, REI DKI menyalurkan bantuan kepada anak-anak binaan di panti asuhan yang dikelola Dinas Sosial DKI Jakarta.
Arvin menerangkan bahwa tahun ini adalah kali ke-19 REI DKI memberikan santunan selama Ramadhan."REI DKI Jakarta kembali menyelenggarakan acara secara bertatap muka langsung dengan seribu anak yatim dan dhuafa di dua tempat yang berbeda," kata dia.
Pertama, di Masjid Al Bakrie – Kuningan, Jaksel, dalam bentuk Buka Puasa Bersama dan Pemberian Santunan kepada 500 (lima ratus) anak yatim dan dhuafa dari 5 (lima) wilayah DKI Jakarta, Rabu 5 April yang lalu. Lalu, REI bekerjasama dengan Dinas Sosial menyelengarakan pemberian donasi untuk 500 yatim, dhuafa dan disabilitas yang berasal dari 4 panti asuhan binaan Dinas Sosial.
Penjabat (Pj) Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Heru Budi Hartono mengpresiasi langkah REI tersebut. "Santuhann pada anak binaan panti asuhan Dinas Sosial DKI mendapat santunan berupa uang dan bantuan lainnya dari REI. Tentu ini sangat berharga bagi anak-anak," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News