Reporter: Asnil Bambani Amri |
JAKARTA. Impor alas kaki menunjukkan kinerjanya yang menggembirakan. Pada periode Januari-Mei 2010, nilai impor alas kaki mengalami kenaikan 52,52% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Data Kementerian Perdagangan menyebutkan, nilai impor alas kaki naik dari US$ 51.782.795 periode Januari - Mei 2009 menjadi US$ 78.978.679 pada Januari-Mei 2010.
Melonjaknya impor salah satu produk konsumsi ini membuat kaget Eddy Widjanarko Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) kaget. Menurutnya, kenaikan importasi itu murni dampak dari ASEAN China Free Trade Aggreement (AC-FTA) yang berlaku awal tahun ini. “Ini dampak AC-FTA yang membuat arus impor selain deras,” kata Eddy di Jakarta, Kamis (22/7).
Eddy bilang, kendati impor alas kaki sudah diatur dalam aturan Permendag 56/2009 tentang Importasi Produk Tertentu, kebijakan itu bukan untuk menahan impor. Menurut Eddy, aturan itu justru berfungsi untuk mengetahui siapa pelaku impor dan berapa nilai impor.
“Aturan itu hanya vertifikasi saja dengan mengarahkan impor di pelabuhan tertentu, bukan menahan impor,” katanya. Selain itu, arus impor alas kaki menderas akibat bea masuk sepatu dan produk alas kaki lainnya turun dari 35% menjadi 5-15%.
Industri dalam negeri khawatir
Mumbulnya impor alas kaki tersebut tak urung membikin industri sepatu dalam negeri khawatir. Pasalnya, jika terjadi kenaikan impor dikhawatirkan pasar sepatu dan alas kaki dari industri di dalam negeri bisa diambil alih oleh pasar impor
“Sehingga pengusaha lebih banyak yang memilih impor daripada bikin sendiri,” kata kata Eddy.
Eddy mengaku, industri dalam negeri tidak berkutik melawan arus impor tersebut. Selain daya saing industri dalam negeri semakin tertinggal, ongkos produksi pun makin mahal. “Lihat bagaimana masalah kami hari ini, seperti listrik yang tidak memadai, sampai masalah infrastruktur masih jauh tertinggal,” tandasnya.
**Realisasi impor alas kaki
Mei 2010 US$ 24.666.191
April 2010 US$ 18.025.921
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News