Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Usai mencetak rekor pendapatan dan laba bersih tertinggi sepanjang masa, kinerja PT Bukit Asam Tbk (PTBA) diproyeksi melandai tahun ini. Penyebab utamanya adalah melemahnya harga batubara dibandingkan tahun lalu
Analis Ciptadana Sekuritas Asia Thomas Radityo menurunkan estimasi harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) batubara Bukit Asam untuk tahun ini dan tahun depan masing-masing sebesar 28,6% dan 15,0% menjadi Rp 922.400 per ton dan Rp 802.100 per ton.
Thomas menurunkan estimasi pendapatan PTBA untuk tahun ini dan tahun depan sebesar 13,0% dan 15,4% menjadi Rp 34,9 triliun dan Rp31,5 triliun.
Sejalan, Ciptadana Sekuritas juga menurunkan biaya tunai (cash cost) untuk 2023-2024 sebesar 17,9% dan 20,1%, seiring dengan perubahan terbaru pada perhitungan harga batubara acuan (HBA) Indonesia yang menghasilkan biaya royalti batubara yang lebih rendah, serta harga bahan bakar yang lebih rendah.
Revisi ini menghasilkan penurunan perkiraan laba bersih PTBA masing-masing sebesar 16,3% dan 18,2% menjadi Rp8,8 triliun dan Rp6,9 triliun untuk 2023 dan 2024.
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) Sambut Positif Formula HBA Baru
Setelah adanya revisi turun proyeksi laba, Ciptadana Sekuritas menurunkan target harga saham PTBA menjadi Rp 3.900 per saham dari sebelumnya Rp 4.250.
“Kami juga menurunkan rekomendasi pada saham PTBA menjadi hold karena target harga baru ini memiliki upside yang terbatas dari harga saham saat ini,” kata Thomas, Jumat (10/3).
Sebagai gambaran, emiten pelat merah ini mencatatkan rekor laba bersih tertinggi sepanjang sejarah perusahaan.
Bukit Asam berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 12,6 triliun atau melesat 59% dari tahun sebelumnya yang senilai Rp 7,9 triliun.
Pencapaian laba bersih didukung dengan pendapatan, di mana emiten pelat merah ini membukukan pendapatan sebesar Rp 42,6 triliun atau melonjak 146% dibandingkan 2021 yang sebesar Rp 29,3 triliun.
Ada sejumlah faktor yang turut mendorong kenaikan kinerja emiten pelat merah ini, satu di antaranya kenaikan harga jual rata-rata alias ASP.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PTBA Farida Thamrin mengatakan, realisasi ASP Bukit Asam pada akhir 2022 mencapai Rp 1,3 juta per ton, naik 30% dibandingkan realisasi ASP pada tahun 2021 yang hanya Rp 1 juta per ton.
“ASP kami lebih tinggi, bahkan dari rencana target. Jadi memang ada peningkatan untuk ASP Bukit Asam,” kata Farida dalam paparan publik yang digelar Kamis (9/3).
Kenaikan ASP dibarengi dengan kenaikan volume penjualan. Penjualan batubara PTBA sampai dengan tahun 2022 sebanyak 31,7 juta ton, tumbuh 12% dibanding penjualan pada tahun 2021 yang hanya sebesar 28,4 juta ton.
Sementara total produksi batubara PTBA pada tahun 2022 mencapai 37,1 juta ton, meningkat 24% dibanding tahun 2021 yakni sebesar 30,04 juta ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News