Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Yudho Winarto
Untuk proyek pertama, ia mengembangkan di atas lahan 100 meter persegi (m2) saja. Luas bangunan diberi jatah 60 m2 saja.
Sisanya akan dijadikan kebon. Menurutnya, dari luas tersebut apabila dijadikan sebagai tempat kos dapat memiliki 6-8 kamar.
Yusuf Mansur mengemukakan bahwa konsep bisnis yang dia tawarkan terbilang unik. Dia enggan melakukan akuisisi tanah milik orang lain melainkan mengajaknya bekerja sama.
"Jadi, kami akan undang semua orang yang punya tanah menganggur dan akan kami kelola. Sehingga, nantinya penghasilan dengan sistem bagi hasil," jelasnya.
Baca Juga: PayTren beroperasi lagi, Yusuf Mansur siapkan sejumlah rencana
Lebih jauh, Yusuf tidak memasang syarat luas tanah yang akan dia kelola. Dengan tanah seluas 3.000 m2 saja sudah bisa dikembangkannya.
Dari sana, pemilik tanah cukup melakukan investasi sebagai biaya manajemen sekitar Rp 1 miliar hingga Rp 1,2 miliar yang akan dia kelola selama 5 tahun.
Selain itu, ia ingin kawasan di sekitar proyek pengembangan juga mengusung konsep green clean. Karenanya, ia mengaku selokan di sekitar proyeknya akan berisi ikan.
"Jadi kami mengadopsi teknologi Jepang, tapi yang akan membuat anak ITS," lanjutnya.
Baca Juga: Yusuf Mansur ingin koperasi jadi investor berbagai proyek