kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Utilisasi Industri Petrokimia Turun Hingga 50%, Inaplas Bilang Sektor Diambang PHK


Minggu, 08 September 2024 / 16:13 WIB
Utilisasi Industri Petrokimia Turun Hingga 50%, Inaplas Bilang Sektor Diambang PHK
ILUSTRASI. Tingkat utilisasi industri petrokimia yang normalnya di kisaran 60% kini mendekati 50%.


Reporter: Leni Wandira | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Industri Olefin Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) mengungkapkan kekhawatiran mendalam terkait penurunan signifikan dalam tingkat utilisasi industri petrokimia yang kini mendekati 50%. 

Sekretaris Jenderal Inaplas, Fajar Budiono menegaskan bahwa situasi ini berpotensi memicu pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di sektor ini. Menurut Budiono, penurunan utilisasi ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk turunnya harga komoditas petrokimia dan daya beli masyarakat yang masih rendah. 

"Harga bahan baku saat ini turun, dan diperkirakan baru akan mengalami kenaikan sekitar dua minggu ke depan. Namun, permintaan masih tetap rendah dan lebih banyak diisi oleh barang-barang impor," ujar Fajar saat dikonfirmasi Kontan.co.id, Minggu (8/9).

Pasalnya, kata dia, tingkat utilisasi produksi petrokimia normalnya berada di atas angka 60%. Dan penurunan angka utilisasi ini juga sudah berlangsung sejak bulan Agustus lalu.

Baca Juga: Gelombang PHK Ancam Laju Ekonomi Nasional

Budiono juga menyoroti bahwa jika pemerintah tidak segera mengambil langkah pengamanan untuk industri dalam negeri, maka dampaknya akan merembet ke sektor hilir. 

"Industri hilir belum menunjukkan minat belanja barang-barang lokal. Jika situasi ini berlanjut, industri bahan baku seperti PET berpotensi mengalami shutdown tambahan di bulan Desember," tambahnya.

Daya beli masyarakat, lanjut Budiono, juga tertekan akibat banyaknya PHK di sektor-sektor pendukung seperti tekstil dan makanan. Ditambah lagi, program-program infrastruktur pemerintah juga terhenti menjelang pemilihan kepala daerah (Pilkada), yang semakin memperburuk situasi.

Kondisi ini, menurut Budiono, juga berdampak pada industri otomotif dan sektor leasing, dengan tingkat keterlambatan pembayaran yang meningkat drastis. "Kalau situasi ini terus berlanjut, daya beli masyarakat akan semakin melemah, dan ini tentu mempengaruhi industri petrokimia," katanya.

Baca Juga: 46.000 Pekerja Kena PHK Hingga Agustus 2024, Ini Wilayah dengan PHK Tertinggi

Sebagai solusi, Budiono merekomendasikan agar pemerintah segera menerapkan kebijakan pengamanan industri. "Pemerintah harus segera mengatur impor dan bahan baku untuk melindungi industri dalam negeri dari penurunan lebih lanjut," tegasnya.

Dia juga mengingatkan bahwa meskipun ada potensi kenaikan harga pada bulan November, industri lokal harus mampu bertahan melalui masa-masa sulit ini dengan dukungan kebijakan yang tepat. Jika tidak, industri petrokimia berisiko menghadapi situasi yang lebih buruk di akhir tahun.

"Jadi kalau industri ini utilisasinya sudah di bawah 50% akan sudah membangkitkannya lagi. Jadi enggak hanya stop produksi dan pengurangan jam kerja. Tapi bisa menuju badai PHK jika pemerintah tidak segera memberikan proteksi untuk industri," pungkasnya.

Selanjutnya: Pope Francis Delivers Medical Supplies in Visit to Remote Jungle Town ​

Menarik Dibaca: Cara Hemat Air Meski Mencuci dengan Mesin Cuci

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×