Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menargetkan peningkatan produksi signifikan dalam tiga tahun ke depan.
Direktur Utama Vale Indonesia Febriany Eddy mengungkapkan sejak awal pihaknya berkomitmen untuk melaksanakan semua proses di dalam negeri.
"Di tiga tahun ke depan target kami produksi akan tiga kali lipat, " kata Febriany dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Bersama Komisi VII DPR RI, Selasa (5/7).
Adapun, peningkatan produksi hingga tiga kali lipat ini akan ditopang juga dari area pengembangan baru.
Baca Juga: Vale Indonesia (INCO) Tak Bagi Dividen dari Laba Tahun 2021, Ini Alasannya
Tercatat, Vale berhasil memproduksi 65.388 metrik ton nikel dalam matte pada 2021 lalu. Jumlah tersebut turun 9,48% dibandingkan dengan produksi nikel matte sepanjang 2020 yang sebesar 72.237 metrik ton.
Sementara itu, Vale melaporkan jumlah produksi nikel matte sebesar 13.827 ton sepanjang kuartal pertama 2022. Realisasi ini menurun 9% secara year-on-year (yoy) dari produksi nikel matte pada kuartal pertama 2021 sebesar 15.198 ton.
Di saat bersamaan, upaya peningkatan kapasitas pengolahan juga dilakukan oleh Vale lewat sejumlah proyek baru.
Ada tiga proyek yang kini tengah digarap oleh Vale meliputi tiga pabrik pengolahan baru.
Baca Juga: Kembangkan Proyek, INCO Tahan Dividen
Pertama, fasilitas pengolahan nikel di Sulawesi Tengah yang akan terdiri dari delapan lini Rotary Kiln-Electric Furnace (“RKEF”) dengan perkiraan produksi sebesar 73.000 metrik ton nikel per tahun beserta fasilitas pendukungnya.
Febriany menjelaskan, pembangunan fasilitas Jetty kini tengah dilakukan untuk proyek ini.
"Perizinan belum tuntas semua tapi hampir sebagian besar sudah ada, jadi sudah bisa jalan," kata Febriany.
Kedua, proyek HPAL di Pomala untuk menghasilkan Produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan potensi kapasitas produksi hingga mencapai 120.000 metrik ton nikel per tahun.
Febriany mengungkapkan, pembangunan fasilitas pelabuhan sudah dilakukan. Kendati demikian, proses pembangunan pabrik masih terus berlangsung. Pasalnya, pabrik ini mengalami perubahan rencana kapasitas dari semula sebesar 40 ribu ton menjadi 120 ribu ton.
Ketiga, pabrik baru di Sulsel berkapasitas 60 ribu ton dalam MHP.
"Feasibility Study (FS) sudah selesai, kita dalam progres membuat program yang detail," pungkas Febriany.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News