kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,72   -9,77   -1.06%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Vale Indonesia (INCO) optimalkan EBT untuk bantu kegiatan operasional


Selasa, 26 November 2019 / 18:28 WIB
Vale Indonesia (INCO) optimalkan EBT untuk bantu kegiatan operasional
ILUSTRASI. Sejumlah articulated dump truck mengangkut material pada pengerukan lapisan atas di pertambangan nikel PT. Vale di Soroako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Kamis (28/3/2019). PT. Vale membuka lahan baru di kawasan itu seluas 350 hektare untuk meningkatkan j


Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) cukup serius untuk ikut mengembangkan energi baru dan terbarukan. Emiten yang sejatinya fokus di sektor tambang mineral ini telah membangun beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Senior Manager Communications INCO Bayu Aji mengatakan, pemanfaatan EBT merupakan inisiatif INCO untuk menopang produksi nikel dalam matte perusahaan.

Baca Juga: Akuisisi 20% Saham INCO, MIND ID Siapkan US$ 500 Juta

INCO sudah membangun dan mengoperasikan PLTA Larona di Sulawesi Selatan pada 1979. Kemudian disusul oleh PLTA Balambano di tahun 1999 dan PLTA Karebbe di tahun 2011. Keduanya juga berlokasi di Sulawesi Selatan.

Selain ramah lingkungan, tenaga air dipilih oleh INCO karena di kawasan Sorowako, Sulawesi Selatan terdapat cukup banyak sumber energi air yang berasal dari Danau Matano, Mahalona, serta Towuti.

Tiga unit PLTA tersebut menghasilkan total energi sebesar 365 megawatt (MW) sehingga mampu mengurangi ketergantungan INCO terhadap bahan bakar fosil untuk suplai energi ke pabrik pengolahan.

Baca Juga: Ditagih Bayar Royalti, Vale Indonesia (INCO) Gugat Pemerintah RI ke PTUN

“Operasional PLTA yang ramah lingkungan berkontribusi mereduksi emisi karbon sebesar 500.000 ton CO2 ekuivalen per tahun,” ungkap Bayu, Selasa (26/11).

Kini, tiga PLTA tersebut dapat memasok lebih dari 94% kebutuhan energi di pabrik pengolahan nikel atau sekitar 38% dari total kebutuhan energi untuk seluruh kegiatan operasional INCO.

Selain untuk kebutuhan operasional, PLTA bikinan INCO juga mampu mendistribusikan energi sebesar 10,7 MW untuk kebutuhan energi bagi masyarakat Luwu Timur. Proses distribusi ini juga dikoordinasikan melalui PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).

Baca Juga: MIND ID: Negosiasi divestasi PT Vale masih berlangsung

Bayu melanjutkan, pasokan listrik dari PLTA membuat INCO mampu menekan biaya produksi nikel dalam matte menjadi di bawah US$ 7.000 per ton.

Sebelumnya, ketika perusahaan masih mengoperasikan pembangkit listrik tenaga uap, biaya produksi nikel dalam matte yang ditanggung dapat mencapai US$ 10.000.

“Keberadaan PLTA menjadi kunci keberhasilan kami dalam mempertahankan keberlanjutan bisnis perusahaan, terutama sepanjang periode harga nikel dunia terkoreksi,” terangnya.

Pemanfaatan EBT yang dilakukan oleh INCO tak hanya berupa PLTA. Emiten ini juga telah menggunakan bahan bakar disel yang dicampur dengan bahan bakar nabati (BBN) berupa Fatty Acid Methyl Ester (FAME) sebesar 15%.

Baca Juga: Vale Indonesia (INCO) gugat pemerintah ke PTUN

INCO telah menggunakan BBN sejak tahun 2016 silam pada kendaraan ringan operasional perusahaan. Bahkan, sepanjang tahun 2018 lalu total volume pemakaian BBN oleh INCO mencapai 79,1 juta liter.

“Secara bertahap, perusahaan berupaya meningkatkan lagi konsentrasi BBN dalam biodisel hingga 20%,” tukas Bayu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×