Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai US$ 110 juta di sepanjang 2023 untuk berbagai keperluan.
Chief Financial Officer Vale Indonesia, Bernardus Irmanto menjelaskan, di kuartal satu diperkirakan belanja modal yang telah terealisasi sekitar US$ 30 juta.
“Alokasinya untuk pengembangan tambang, asset integrity dan beberapa proyek untuk memitigasi risiko kritis di area operasi demi mendukung aspek keamanan,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (31/3).
Di sepanjang tahun ini, Vale Indonesia menargetkan produksi lebih tinggi dibandingkan tahun 2022. Irmanto mengungkapkan, dengan kembali beroperasinya tanur 4, INCO bisa mengoptimalkan kapasitas produksinya hingga di atas 70.000 ton.
Baca Juga: Jokowi Tegaskan Pentingnya Rehabilitasi dan Reklamasi Pascatambang
Menurut perhitungan Kontan, target INCO di sepanjang tahun ini tumbuh sekitar 16,7% secara tahunan atau year on year (yoy) dari sebelumnya 64.000 ton.
Perihal prospek di 2023, Irmanto melihat harga nickel saat ini masih berkutat di kisaran US$ 22.000 hingga US$ 23.000/ton. Posisi ini masih cukup baik untuk menopang kinerja keuangan yang positif.
“Mudah-mudahan level harga ini berlanjut sampai dengan semester kedua,” ujarnya.
Di 2022 INCO mencatat, emiten produsen nikel dalam matte ini membukukan penjualan sebesar US$ 1,17 miliar pada tahun 2022, naik 24% dari penjualan 2021 sebesar US$ 953,2 juta.
Salah satu pendorong naiknya pendapatan INCO di tahun lalu adalah harga realisasi rata-rata pada tahun 2022 yang 35% lebih tinggi dibandingkan harga tahun lalu.
Baca Juga: Jokowi Apresiasi Kerja Sama Empat Negara Membangun Smelter Nikel
Sejalan dengan itu, INCO turut mencatatkan laba bersih senilai US$ 200,32 juta sepanjang tahun 2022. Realisasi ini naik 19,80% dari laba bersih yang didapatkan pada tahun 2021 sebesar US$ 167,20 juta.
INCO membukukan EBITDA sebesar US$ 477,0 juta pada tahun 2022, naik dari EBITDA pada 2021 sebesar US$ 391,9 juta, terutama didorong oleh harga realisasi nikel yang lebih tinggi.
Hanya saja, beban pokok pendapatan INCO pada tahun 2022 meningkat 23% menjadi sebesar US$ 865,9 juta dari sebelumnya US$704,3 juta pada tahun 2021.
Menurut manajemen, penyebab utama kenaikan beban pokok pendapatan adalah harga bahan bakar dan batubara yang lebih tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News