Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Tak mau berhadapan langsung dengan pebisnis menara telekomunikasi kelas kakap, PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) menggarap menara telekomunikasi ukuran mini. Perusahaan yang semula bergelut dalam bisnis ritel dengan nama PT Golden Retailindo Tbk itu, fokus pada menara mikro seluler atau micro cell pole (MCP).
Tahun depan, Visi Telekomunikasi menyediakan dana belanja modal alias capital expenditure (capex) Rp 20 miliar. Asumsi mereka, investasi satu menara mikro seluler membutuhkan dana tak kurang dari Rp 200 juta.
Riady Nata, Direktur Keuangan PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk mengatakan, semua capex berasal dari kas internal dan pinjaman pemegang saham. "Kami belum ada aksi korporasi atau pinjaman pihak ketiga," terangnya kepada KONTAN, Selasa (6/12).
Penambahan menara Visi Telekomunikasi terkonsentrasi di Jawa. Tepatnya, perusahaan berkode saham GOLD di Bursa Efek Indonesia itu akan memanfaatkan lahan di sekitar minimarket Alfamart.
Paul Purawinata, Presiden Direktur PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk bilang, Visi Telekomunikasi dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk dikendalikan oleh perusahaan induk yang sama. "Semua lokasi Alfamart bisa kami bangun, kami punya kemudahan untuk menggunakan lokasi mereka," ujar Paul.
Perlu diketahui, biaya investasi menjadi salah satu pertimbangan Visi Telekomunikasi memilih menara mikro seluler. Biaya investasi satu base transceiver station (BTS) ukuran regular sekitar Rp 1,5 miliar. Sementara biaya investasi satu unit menara mikro seluler Rp 300 juta-Rp 400 juta.
Maklum, menara mikro seluler hanya membutuhkan lahan seluas 2x2 meter saja. Sementara tinggi menara tersebut 20 meter- 25 meter.
Karena investasi lebih mini, konsep ekspansi Visi Telekomunikasi adalah membangun menara secara terus-menerus. Mereka bilang, konsep itu berbeda dengan pebisnis menara telekomunikasi kakap yang gemar membangun menara berdasarkan permintaan klien (built to suit) atau akuisisi menara lain.
Keunggulan lain menara mikro seluler adalah kemampuannya menjangkau daerah yang padat atau daerah dengan tingkat density tinggi. Daerah padat mengacu pada wilayah dengan pengguna telepon seluler (ponsel) yang banyak.
Sewa lebih murah
Dengan investasi lebih mini, Visi Telekomunikasi bisa menyodorkan tarif sewa lebih murah kepada tenant alias penyewa. "Kami bisa lebih murah 50% uang sewanya," kata Paul.
Namun, Visi Telekomunikasi sadar menara mikro seluler juga punya kekurangan. Menara itu hanya mampu menjangkau area seluas 800 meter hingga 1 kilometer (km).
Sejak mengubah haluan bisnis per Agustus 2016 lalu, hingga kini Visi Telekomunikasi sudah memiliki 200 menara telekomunikasi. Separuhnya berupa menara mikro seluler. Mereka mengaku, tenancy ratio menara 1:1 yang berarti setiap menara disewa oleh satu penyewa.
PT Hutchison 3 Indonesia adalah klien terbesar Visi Telekomunikasi dengan kontribusi 40% terhadap total pendapatan sewa menara. Klien bisnis lain yakni PT Telekomunikasi Seluler, PT XL Axiata Tbk, PT Indosat Tbk, PT Smartfren Telecom Tbk dan PT Internux.
Secara keseluruhan, tahun depan Visi Telekomunikasi menargetkan pertumbuhan pendapatan 10%-15%. Selain menara mikro seluler, mereka akan mengembangkan menara nano seluler dengan sasaran provider yang memiliki jaringan 4G dan 5G.
Visi Telekomunikasi juga akan memanfaatkan lahan Alfamart. "Barrier hampir tidak ada karena dengan adanya Alfamart itu sudah memotong 50% dari masalah," beber Gilang Pramono Seto, Presiden Direktur PT Permata Karya Perdana. Permata Karya adalah anak usaha Visi Telekomunikasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News