kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Visi Telekomunikasi bidik pendapatan bisnis menara tumbuh 30%


Minggu, 21 Januari 2018 / 15:15 WIB
Visi Telekomunikasi bidik pendapatan bisnis menara tumbuh 30%
ILUSTRASI. PT Visi Telekomunikasi Infrasturktur


Reporter: Klaudia Molasiarani | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk, melalui anak usahanya PT Permata Karya Perdana, yakin bakal menguasai pangsa pasar menara mikro di Indonesia. Sampai akhir 2018, Permata Karya membidik pertumbuhan pendapatan hingga 30%.

Gilang Pramono Seto, Presiden Direktur PT Permata Karya Perdana optimistis, perusahaan cukup menguasai pangsa pasar di Indonesia, lantaran belum banyak perusahaan sejenis yang menyasar segmen mikro. Menurutnya, ke depan, kebutuhan untuk menara mikro akan jauh lebih besar dibandingkan menara makro. "Karena kalau sekarang bukan masalah coverage, tetapi masalah kapasitas," ujarnya kepada Kontan.co.id, Sabtu (20/1).

Menurut Gilang, persoalan kapasitas akan menjadi perhatian operator ke depan, lantaran banyak operator yang gencar mengembangkan jaringan 4G dan 5G, sehingga kebutuhan menara mikro cukup signifikan.

Dalam pembangunan menara, lanjut Gilang, perusahaan akan membangun berdasarkan permintaan. Sehingga saat ini utilisasi menara sudah mencapai 100%. Rata-rata kontrak yang dimiliki pelanggan Permata Karya berkisar lima tahun sampai 10 tahun.

Biasanya, rata-rata pembangunan satu menara mikro membutuhkan waktu sekitar 90 hari hingga 120 hari, sementara untuk mikro membutuhkan waktu hingga 6 bulan. "Karena material yang dibutuhkan lebih banyak dan menara yang dibangun setinggi 32 meter. Kalau menara mikro sekitar 20 meteran, jadi lebih gampang," ungkap Gilang.

Lamanya pembangunan menara, lanjutnya, akan bergantung pada bagaimana proses perizinan dan birokrasi di suatu daerah.

Gilang menjelaskan, dalam bisnis menara, perusahaan bakal menyewakan tower, pemasangan listrik, dan shelter. Untuk menara mikro, rata-rata biaya sewa berkisar Rp 8 juta sampai Rp 11 juta per bulan, sementara menara makro berkisar Rp 12 juta hingga Rp 15 juta per bulan, tergantung kebutuhan operator yang menjadi pelanggan.

Hingga akhir tahun ini, perusahaan membidik pertumbuhan pendapatan berkisar 20% sampai 30%. Tahun ini, perusahaan akan gencar menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah, khususnya dalam program Smart City. Tak hanya itu, menurut Gilang, operator telekomunikasi ke depan akan bergantung pada kapasitas daripada coverage.

"Kalau bicara kapasitas, jika kapasitas makin besar, frekuensinya makin tinggi, berarti radiusnya makin kecil, sehingga menara mikro akan lebih banyak lagi dan coveragenya kecil," imbuh Gilang. Adapun selama ini, perusahaan gencar membangun menara mikro di wilayah-wilayah sekitar Alfamart lantaran gerai Alfamart rata-rata berjarak cukup berdekatan yakni 300 meter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×