Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan yang bergerak di industri gas PT Super Energy Tbk mengaku wabah Corona mempengaruhi prospek bisnisnya. Direktur Utama Super Energy Agustus Sani Nugroho mengaku, penyebaran virus Corona mengakibatkan terjadinya perubahan di berbagai bidang industri yang menjadi konsumen emiten berkode SURE tersebut.
Beberapa pabrik yang menjadi konsumen SURE mulai mengurangi kegiatan operasionalnya secara signifikan. “Kami masih mengobservasi dampaknya lebih lanjut terhadap perusahaan,” kata dia, Minggu (10/5).
Baca Juga: Kemenkeu berencana bebaskan PPN, begini kata ekonom CITA
Ia menyebut, segmen bisnis penjualan gas alam terkompresi atau Compressed Natural Gas (CNG) masih akan menjadi andalan bagi SURE. Meski terdapat penurunan permintaan pasar CNG akibat pandemi Corona, SURE berupaya melakukan strategi perluasan pasar secara intensif.
Alhasil, walau terdapat penurunan permintaan dari konsumen yang ada, perusahaan ini masih memperoleh peningkatan permintaan dari konsumen-konsumen baru. Sekadar catatan, di tahun 2019 SURE meraup pendapatan dari segmen bisnis CNG sebesar Rp 174,16 miliar. Jumlah tersebut lebih tinggi 4,3% (yoy) dari realisasi di tahun sebelumnya sebesar Rp 166,93 miliar.
Peningkatan pendapatan bisnis CNG sejalan dengan volume penjualan CNG milik SURE yang mencapai 1,31 juta MMBTU sepanjang tahun 2019. Di tahun 2018, volume penjualan CNG perusahaan ini masih di level 1,27 juta MMBTU.
Sayangnya, di akhir tahun 2019, pendapatan SURE secara keseluruhan turun 1,41% (yoy) menjadi Rp 291,62 miliar. Menurut Agus, hal ini disebabkan oleh harga rata-rata penjualan kondensat yang mengalami koreksi dari Rp 761.000 per barel di tahun 2018 menjadi Rp 616.000 per barel di tahun 2019.
Baca Juga: Pupuk Indonesia capai rekor produksi 11,8 juta ton dengan pendapatan Rp 71,31 triliun
Tak ayal, pendapatan SURE dari segmen bisnis kondensat hanya mencapai Rp 44,90 miliar di tahun lalu. Padahal, di tahun sebelumnya pendapatan SURE dari segmen tersebut masih bisa mencapai Rp 58,77 miliar.
Beruntung bagi SURE, perusahaan ini sanggup meraih laba bersih sebesar Rp 8,22 miliar di tahun lalu. Padahal, di tahun sebelumnya SURE masih menderita rugi bersih sebesar Rp 28,24 miliar. “Tahun 2018 secara operasional masih untung, namun terjadi rugi bersih yang disebabkan selisih kurs dari utang kepada United Orient Pte. Ltd (UOC),” ungkap Agus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News