Reporter: Filemon Agung | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan dua penyebab utama yang membuat industri migas terpuruk di tahun ini.
Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji menyebutkan, dua penyebab utama tersebut yakni pandemi covid-19 dan turunnya permintaan migas.
"Harga minyak sudah rendah sebelum Covid-19 (terjadi) karena banyak suplai. Covid-19 (juga) buat permintaan turun, ini memperparah kondisi industri sampai hari ini," ujar Tutuka dalam diskusi virtual, Senin (21/12).
Tutuka melanjutkan, dalam situasi tersebut, tidak mudah untuk menciptakan permintaan migas secara cepat. Kementerian ESDM memproyeksikan terjadi penurunan permintaan hingga 35%.
Baca Juga: SKK Migas tetap kejar target produksi minyak 1 juta barel di 2030
Disisi lain, industri migas dalam negeri juga belum mampu memproduksi minyak dengan volume yang mencukupi tingkat konsumsi. Produksi dalam negeri saat ini berada pada kisaran 700.000-an barel per hari (bph).
Kendati demikian, situasi berbeda terjadi pada gas yang dinilai masih berada dalam kondisi menguntungkan. Apalagi saat ini pemerintah tengah mendorong penggunaan gas untuk kebutuhan domestik.
Tutuka melanjutkan, demi mencegah situasi sama tak terulang di 2021 mendatang, pemerintah memandang perlu ada pelaksanaan skema business not as usual.
"Pemerintah telah siapkan berbagai macam insentif dan fasilitas perpajakan yang mendukung tumbuhnya investasi," kata Tutuka.
Selain itu, pemerintah juga telah menerapkan pembebasan atau pengurangan biaya sewa barang milik negara (BMN).
Ia menambahkan, pemangkasan perizinan juga diperbaiki untuk mempercepat proses pengeboran.
Selanjutnya: SKK Migas targetkan lifting minyak tahun depan bisa di atas 705.000 barel per hari
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News