Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengembangan mobil listrik beserta infrastruktur penunjangnya kemungkinan akan menemui hambatan di tahun ini akibat penyebaran virus Corona.
Dalam catatan Kontan.co.id, Airlangga Hartanto ketika masih menjabat sebagai Menteri Perindustrian menyebut, pelaku industri otomotif Indonesia siap memproduksi kendaraan listrik secara massal di tahun 2022 mendatang.
Baca Juga: Tesla berencana meningkatkan kapasitas produksi suku cadang mobil di China
Di samping itu, pembangunan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) terus digenjot oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Tahun ini, rencananya PLN hendak membangun 168 SPKLU di seluruh Indonesia.
Tak ketinggalan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih terus menggodok aturan mengenai tarif SPKLU.
Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno bilang, rencana-rencana pengembangan infrastruktur kendaraan listrik bisa saja terhambat karena virus Corona. Wabah ini membuat berbagai aktivitas perekonomian di Indonesia lumpuh, termasuk di industri kendaraan listrik.
Secara umum, pemerintah pasti akan lebih fokus pada penanganan Corona sembari memulihkan perekonomian lebih dahulu.
Namun begitu, tetap saja wabah Corona tidak bisa menjadi alasan bagi pemerintah maupun stakeholder terkait dalam mempercepat pengembangan kendaraan listrik beserta sarana penunjangnya.
Baca Juga: Planet Bumi lebih sedikit bergetar setelah sejumlah negara terapkan lokcdown
“Biar bagaimana pun Corona adalah faktor eksternal yang sifatnya tak terduga. Tapi kalau pemerintah sudah punya road map, harusnya tetap sesuai target,” kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (8/4).
Prospek kendaraan listrik di Indonesia pun sangat bergantung pada komitmen pemerintah, terutama dalam perumusan regulasi beserta implementasinya.
Djoko berharap pemerintah bisa belajar dari implementasi kendaraan berbahan bakar gas (BBG). Meski perlahan ada perbaikan, penggunaan BBG belum begitu maksimal lantaran ketersediaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) yang belum memadai. Padahal, beberapa kendaraan umum menggunakan sumber energi tersebut.
Sementara terkait SPKLU, ia menilai pembangunan infrastruktur tersebut akan lebih efektif diprioritaskan di kota-kota besar lebih dahulu, khususnya di Pulau Jawa. Ini mengingat, jumlah kendaraan di kawasan tersebut tergolong banyak.
“Keberadaan SPKLU di kota-kota besar tentu akan mempercepat pertumbuhan industri kendaraan listrik yang pada akhirnya membantu mengurangi tingkat polusi,” ungkapnya.
Baca Juga: Tenang, produksi mobil di Indonesia masih bisa berjalan normal walau ada virus corona
Sementara itu, General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya M. Ikhsan Assad mengaku, pihaknya akan mengevaluasi semua proyek-proyek investasi terkait pengembangan SPKLU di Jakarta pada tahun ini. Maklum, kegiatan bisnis PLN juga ikut terdampak wabah Corona.
Saat ini, PLN UID Jakarta Raya fokus terlebih dahulu untuk bisa bertahan dan memastikan listrik yang andal kepada masyarakat. “Pada dasarnya semua elemen bangsa sedang fokus mengatasi penyebaran Corona dan bagaimana agar wabah ini berakhir,” katanya, hari ini.
Sebagai pengingat, hingga akhir 2019, terdapat 1.922 unit Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) yang tersebar di Jakarta.
Sedangkan untuk SPKLU, saat ini terdapat delapan unit di Jakarta. Di antaranya 3 unit SPKLU di PLN UID Jakarta Raya dan masing-masing satu unit di PLN UP3 Bulungan, Senayan City, dan PLN Pusat yang dimiliki oleh PLN.
Selain itu, terdapat satu unit SPKLU non-PLN yang ada di Jalan M.H. Thamrin milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan satu unit di Plaza Senayan punya Mitsubishi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News