Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
Dari hulu bahan baku, Pahala membeberkan bahwa Indonesia memiliki cadangan mineral yang besar mulai dari nikel, tembaga, mangan dan aluminium. Bahkan untuk bahan utama yakni nikel, Indonesia memiliki cadangan terbesar di dunia.
Selain itu, Indonesia memiliki pangsa pasar produksi dan penjualan kendaraan jenis motor maupun mobil yang sangat besar. Dengan keuntungan rantai pasok yang kompetitif, 35% komponen EV bisa dari baterai lokal.
"Ini merupakan suatu momentum, dimana Indonesia menguasai secara terintegrasi. Sebuah value chain dari hulu ke hilir untuk sebuah industri besar dan sangat strategis untuk dunia," terang Pahala.
Kerjasama dengan LG sampai Tesla
Namun untuk mewujudkan ambisi BUMN tersebut, Pahala kembali menegaskan bahwa dengan kebutuhan investasi yang besar, kemitraan tidak bisa dihindari. "Kita akan bermitra dengan pemain-pemain kelas dunia," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Komisaris Utama MIND ID Agus Tjahajana Wirakusumah membeberkan bahwa awalnya Tim Percepatan Proyek EV Battery menjajaki kerjasama dengan 11 perusahaan baterai cell terkemuka. Berdasarkan seleksi yang dilakukan, tersaring tujuh calon mitra.
Komunikasi intensif dilakukan dengan sejumlah perusahaan. Termasuk dengan LG Chem dan Tesla. Untuk LG Chem, proses negosiasi masih berlangsung. Agus pun mengakui bahwa perusahaan dari Korea Selatan itu meminta jaminan pasokan bahan baku, khususnya berupa nikel.
Baca Juga: Butuh investasi US$ 17,4 miliar, ini ambisi BUMN untuk ekosistem industri baterai EV
"Kami bisa mengerti, supaya investasi tidak sia-sia, perusahaan yang berkeinginan bermitra dengan kami, ingin memastikan ada jaminan ketersediaan bahan baku," kata Agus yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Percepatan Proyek EV Battery Nasional.
Negosiasi juga masih berlangsung dengan pihak Tesla. Agus bilang, timnya masih mempelajari apa yang diinginkan oleh Tesla. Salah satu kerjasama yang diinginkan ialah terkait Energy Storage System (ESS).
"Kami sedang mencari dan mempelajari interes Tesla. Karena Tesla agak late comers, kami sudah maju hampir lima bulan di depan (negosiasi kerjasama), Tesla baru masuk belakangan. Salah satu kami dapat kabar pembicaraan Tesla ingin masuk ke ESS," kata Agus.
Sehari sebelumnya dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR, Agus membeberkan bahwa untuk mengembangkan industri baterai EV dari hulu sampai hilir membutuhkan dana sekitar US$ 13,4 miliar hingga US$ 17,4 miliar.
BUMN, sambung Agus, memiliki tiga ambisi dalam ekosistem industri baterai pada tahun 2025. Pertama, menjadi pemain global material hulu baterai, yakni menjadi produsen nikel sulfat global dengan produksi tahunan sekitar 50.000 ton - 100.000 ton, untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri dan ekspor.
Kedua, menjadi pemain global dalam material antara atau katoda baterai. Yaitu dengan menjadi produsen prekursor dan katoda dengan output target produksi tahunan mencapai 120.000-240.000 ton. Ketiga, menjadi pemain hilir regional untuk sel baterai dan pusat manufaktur kendaraan listrik di Asia Tenggara.
Terkait dengan roadmap pengembangan EV, Agus menjelaskan bahwa pada tahun 2021 direncanakan sudah mulai pembangunan charging station atau SPKLU dan SPBKLU. Saat ini PLN sudah memiliki 32 titik SPKLU yang tersebar di 22 lokasi, serta pilot project 33 SPBKLU.
Pada tahun 2022, OEM ditargetkan sudah mulai memproduksi EV di Indonesia. Lalu pada tahun 2024 direncanakan pabrik refining HPAL mulai beroperasi bersama dengan pabrik precursor dan katoda. Kemudian pada tahun 2025 pabrik cell to pack battery ditargetkan mulai beroperasi.
Selanjutnya: Caplok saham tambang nikel, eksposur Harum Energy terhadap batubara bisa berkurang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News