kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Wamen BUMN: Holding baterai kendaraan listrik terbentuk di semesteri I-2021


Selasa, 02 Februari 2021 / 17:57 WIB
Wamen BUMN: Holding baterai kendaraan listrik terbentuk di semesteri I-2021
ILUSTRASI. Wakil Menteri BUMN Pahala N. Mansury


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) segera membentuk holding untuk mengelola industri baterai kendaraan listrik dari hulu hingga hilir. Holding yang bernama Indonesia Battery Corporation (IBC) ini ditargetkan terbentuk pada semester pertama tahun ini.

Wakil Menteri I BUMN Pahala Mansury mengatakan, timeline pembentukan holding baterai kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV) itu sudah disepakati oleh keempat anggotanya. Yakni holding pertambangan MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk (Antam), PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero).

"Kami sepakati (holding) ini akan dimiliki bersama empat perusahaan itu karena harus terintegrasi hulu hingga hilir. Semua value chain ini dipayungi IBC. Jangka waktu kami harapkan IBC bisa dibentuk di Semester I tahun ini," kata Pahala dalam media talk yang digelar secara daring, Selasa (2/2).

Di bawah holding IBC tersebut, sambung Pahala, akan ada perusahaan patungan alias joint venture (JV). Saat ini penjajakan kerjasama terus dilakukan dengan calon mitra. Pahala bilang, pihak terbuka untuk bekerja sama dengan perusahaan global baik itu dari China, Korea, Amerika Serikat, maupun Eropa.

Baca Juga: Begini ambisi BUMN untuk membangun ekosistem industri baterai mobil listrik

Pahala mengatakan, ada tiga kriteria utama untuk menjaring calon mitra tersebut. Yakni bisa membawa uang (investasi), membawa teknologi dan membawa pasar. "Sehingga bagian dari value chain baterai dan EV bisa dikerjasamakan," sambungnya.

Kementerian BUMN menargetkan, kerjasama dengan mitra dan pembentukan JV juga bisa rampung pada paruh pertama tahun ini. "Kami harapkan timeline di semester pertama, IBC berdiri, dan mudah-mudahan bisa satu perusahaan yang nantinya melakukan penandatanganan kerjasama dan pengembangan JV," ungkap Pahala.

Dia menambahkan, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat mengembangkan ekosistem kendaraan listrik. Termasuk industri baterainya. 

Dari hulu bahan baku, Pahala membeberkan bahwa Indonesia memiliki cadangan mineral yang besar mulai dari nikel, tembaga, mangan dan aluminium. Bahkan untuk bahan utama yakni nikel, Indonesia memiliki cadangan terbesar di dunia.

Selain itu, Indonesia memiliki pangsa pasar produksi dan penjualan kendaraan jenis motor maupun mobil yang sangat besar. Dengan keuntungan rantai pasok yang kompetitif, 35% komponen EV bisa dari baterai lokal.

"Ini merupakan suatu momentum, dimana Indonesia menguasai secara terintegrasi. Sebuah value chain dari hulu ke hilir untuk sebuah industri besar dan sangat strategis untuk dunia," terang Pahala.

Kerjasama dengan LG sampai Tesla

Namun untuk mewujudkan ambisi BUMN tersebut, Pahala kembali menegaskan bahwa dengan kebutuhan investasi yang besar, kemitraan tidak bisa dihindari. "Kita akan bermitra dengan pemain-pemain kelas dunia," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Komisaris Utama MIND ID Agus Tjahajana Wirakusumah membeberkan bahwa awalnya Tim Percepatan Proyek EV Battery menjajaki kerjasama dengan 11 perusahaan baterai cell terkemuka. Berdasarkan seleksi yang dilakukan, tersaring tujuh calon mitra.

Komunikasi intensif dilakukan dengan sejumlah perusahaan. Termasuk dengan LG Chem dan Tesla. Untuk LG Chem, proses negosiasi masih berlangsung. Agus pun mengakui bahwa perusahaan dari Korea Selatan itu meminta jaminan pasokan bahan baku, khususnya berupa nikel.

Baca Juga: Butuh investasi US$ 17,4 miliar, ini ambisi BUMN untuk ekosistem industri baterai EV

"Kami bisa mengerti, supaya investasi tidak sia-sia, perusahaan yang berkeinginan bermitra dengan kami, ingin memastikan ada jaminan ketersediaan bahan baku," kata Agus yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Percepatan Proyek EV Battery Nasional.

Negosiasi juga masih berlangsung dengan pihak Tesla. Agus bilang, timnya masih mempelajari apa yang diinginkan oleh Tesla. Salah satu kerjasama yang diinginkan ialah terkait Energy Storage System (ESS).

"Kami sedang mencari dan mempelajari interes Tesla. Karena Tesla agak late comers, kami sudah maju hampir lima bulan di depan (negosiasi kerjasama), Tesla baru masuk belakangan. Salah satu kami dapat kabar pembicaraan Tesla ingin masuk ke ESS," kata Agus.

Sehari sebelumnya dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR, Agus membeberkan bahwa untuk mengembangkan industri baterai EV dari hulu sampai hilir membutuhkan dana sekitar US$ 13,4 miliar hingga US$ 17,4 miliar.

BUMN, sambung Agus, memiliki tiga ambisi dalam ekosistem industri baterai pada tahun 2025. Pertama, menjadi pemain global material hulu baterai, yakni menjadi produsen nikel sulfat global dengan produksi tahunan sekitar 50.000 ton - 100.000 ton, untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri dan ekspor.

Kedua, menjadi pemain global dalam material antara atau katoda baterai. Yaitu dengan menjadi produsen prekursor dan katoda dengan output target produksi tahunan mencapai 120.000-240.000 ton. Ketiga, menjadi pemain hilir regional untuk sel baterai dan pusat manufaktur kendaraan listrik di Asia Tenggara.

Terkait dengan roadmap pengembangan EV, Agus menjelaskan bahwa pada tahun 2021 direncanakan sudah mulai pembangunan charging station atau SPKLU dan SPBKLU. Saat ini PLN sudah memiliki 32 titik SPKLU yang tersebar di 22 lokasi, serta pilot project 33 SPBKLU.

Pada tahun 2022, OEM ditargetkan sudah mulai memproduksi EV di Indonesia. Lalu pada tahun 2024 direncanakan pabrik refining HPAL mulai beroperasi bersama dengan pabrik precursor dan katoda. Kemudian pada tahun 2025 pabrik cell to pack battery ditargetkan mulai beroperasi.

Selanjutnya: Caplok saham tambang nikel, eksposur Harum Energy terhadap batubara bisa berkurang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×