Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Pembebasan lahan proyek kereta cepat Jakarta Bandung atau high speed rail baru mencapai 85%. Ada beberapa areal yang belum bebas, terutama di kawasan Karawang.
Alhasil, PT Kereta Api Cepat Indonesia China (KCIC) belum bisa mendapatkan kucuran dana dari China Development Bank. Bank asal Tiongkok ini ngotot baru mau mencairkan dana bila urusan lahan beres 100%.
Antonius Steve Kosasih, Direktur Keuangan PT Wijaya Karya Tbk, salah satu perusahaan lokal yang terlibat di megaproyek ini, bakal menegosiasi dengan bank tersebut, agar dana bisa mengucur, meski pembebasan lahan belum tuntas. "Kami sedang negosiasi agar pinjaman bisa turun sebelum lahan 100%. Tapi proporsional saja," kata Steve, akhir pekan lalu.
Masih belum beresnya pembebasan lahan di Karawang, lantaran berdekatan dengan kawasan industri. Sedangkan pembebasan sebagian besar lahan di wilayah lain berjalan mulus, seperti di Walini, Tegalluar dan Halim Perdanakusuma Jakarta.
PT KCIC sudah menjalin kerjasama dengan TNI Angkatan Udara untuk pengembangan areal properti yang terintegrasi dengan transportasi masal alias transit oriented development (TOD). Areal itu terbentang di atas lahan 15 hektare (ha).
Menurut Steve, nanti di Halim bakal menjadi stasiun penghubung (hub) dari beberapa moda transportasi seperti light rail transit (LRT), Transjakarta serta kereta cepat Jakarta Bandung.
Sejauh ini, KCIC masih memakai setoran modal tahap pertama yang berjumlah Rp 1,25 triliun untuk pembebasan laha. Namun ia tidak merinci besaran dana yang dihabiskan untuk pembebasan lahan.
Steve berharap, pencairan dana pinjaman tahun ini bisa 25%-30% dari total pinjaman China Development Bank sebesar Rp 53 triliun untuk pengerjaan megaproyek tersebut. Sementara progres fisik proyek sepanjang 142 kilometer (km) tersebut sudah sekitar 5% di Walini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News