kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Wika Realty raih peringkat BBB+ untuk MTN IV 2016


Rabu, 18 Mei 2016 / 18:57 WIB
Wika Realty raih peringkat BBB+ untuk MTN IV 2016


Reporter: Dina Farisah | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. PT Wika Realty mengantongi peringkat BBB+ dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Peringkat ini diberikan atas perusahaan dan surat utang jangka menengah atau medium term notes (MTN) IV-2016.

Haryo Koconegoro, analis PT Pemeringkat Efek Indonesia mengatakan, peringkat ini layak di sematkan kepada Wika Realty lantaran peran strategisnya terhadap induk perusahaan, yakni PT Wijaya Karya Tbk.

Saat ini, 85% saham Wika Realty dikuasai oleh Wijaya Karya. Selain itu, kualitas aset perusahaan yang baik serta lokasi properti yang cukup terdiversifikasi kian mengukuhkan kinerja Wika Realty.

“Lokasi properti Wika Realty tidak hanya tersebar di Jabodetabek melainkan juga di Yogyakarta, Medan, Semarang, Banjarmasin dan lain-lain. Hal ini turut mendukung peringkat Wika Realty,” terang Haryo, Rabu (18/5).

Lebih lanjut, Haryo memberikan beberapa catatan yang harus diperhatikan Wika Realty. Pertama, agresifnya leverage keuangan dan proteksi arus kas yang lemah dari perusahaan.

Kedua, porsi pendapatan berulang perusahaan yang masih rendah. Selanjutnya, sensitivitas terhadap perubahan kondisi makroekonomi. Ketiga faktor tersebut dapat membatasi peringkat perusahaan.

Perseroan berhak atas beringkat BBB+ sejak 27 April 2016 hingga 1 September 2016. Ke depannya, Pefindo memberikan outlook stabil kepada Wika realty.

Peringkat dapat dinaikkan apabila perusahaan dapat memperbaiki struktur permodalan dan proteksi arus kas secara berkelanjutan dan juga memperkuat posisi pasarnya melalui ekspansi usaha yang dilakukan. 

Sebaliknya, peringkat dapat diturunkan apabila pendapatan perusahaan secara signifikan lebih rendah dari yang diproyeksikan sebagai akibat dari perkembangan pembangunan yang lambat dan penjualan yang lemah, serta jika terdapat tambahan utang melebihi proyeksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×