Reporter: Syamsul Ashar | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS) memulai bisnis tahun ini dengan menerima kedatangan satu unit kapal anchor handling tug (AHT) bernama SMS Steady awal Februari 2016 ini. Kapal dengan bobot mati 4.400 ton ini akan melayani perusahaan multinasional yang bergerak di bidang minyak dan gas, untuk wilayah Natuna.
Pek Swan Layanto, Investor Relations PT Wintermar Offshore Marine menyatakan, kapal baru itu akan melayani kontrak yang mereka kerjakan selama lima tahun ke depan. Pengadaan kapal baru ini sebagian didanai oleh kas internal dan utang perbankan.
Layanto menyebutkan, hingga akhir tahun 2015 lalu aktivitas bisnis mereka mulai meningkat meskipun kecil. Ada beberapa proyek dimulai tahun ini. Misalnya Husky, CNOOC, Santos, Petronas, dan Pertamina.
Ia menyatakan, di tengah turunnya harga minyak mentah, kontraktor migas terus menekan tarif kepada perusahaan jasa migas termasuk perkapalan. Di sisi lain saat ini persaingan bisnis jasa penyewaan kapal ke perusahaan migas kian sengit lantaran suplai kapal bertambah.
Pun demikian, manajemen dengan kode saham WINS di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini tetap optimistis dengan prospek bisnis tahun ini. "Kuartal I-2016 telah di mulai dengan perkiraan utilisasi lebih baik, tetapi dengan tarif lebih rendah," kata Layanto, dalam keterbukaan informasi kepada BEI, Rabu (3/2).
Manajemen perusahaan ini memprediksikan belanja modal tahun ini hanya sekitar US$ 6 juta. Tahun lalu, dari alokasi belanja modal US$ 50 juta, akhirnya dikurangi menjadi hanya US$ 13 juta.
Tahun ini, WINS berharap aktivitas bisnis migas kembali menggeliat. Layanto melihat ada secercah optimisme dari proyek yang di tunda 2014. "Kelihatannya sudah mulai beraktivitas lagi," katanya.
Di sisi lain SKK Migas dan Pertamina telah mengindikasikan adanya peningkatan belanja sektor hulu pada tahun ini lebih besar ketimbang 2015. Penambahan belanja ini untuk mendorong peningkatan produksi minyak untuk periode 2018-2019.
Sebagai gambaran, hingga akhir tahun lalu Wintermar Offshore Marine masih mengantongi kontrak yang berjalan sebesar US$ 190 juta. Layanto belum memberikan informasi berapa target tambahan kontrak baru tahun ini lantaran manajemen perusahaan ini belum bisa memprediksi arah bisnis 2016.
Sebab negara anggota organisasi negara eksportir minyak (OPEC) masih tetap enggan mengurangi produksi sehingga harga minyak sulit naik. Sementara Iran terus menggenjot produksi pasca terbebas dari sanksi ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Amerika Serikat.
Di sisi lain pertumbuhan ekonomi China diprediksi terus melambat sehingga permintaan tetap sepi. Kondisi ini membuat produsen minyak yang berbiaya tinggi pilih keluar dari bisnis ini.
Menghadapi situasi ini, manajemen WINS tengah menimbang untuk menjual beberapa jenis kapal tertentu. Meskipun aktivitas ini bisa menyebabkan kerugian nilai buku, tapi kas bisa lebih sehat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News