kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

World Bank: Penetrasi fixed broadband di Indonesia hanya 4%


Sabtu, 14 Agustus 2021 / 17:47 WIB
World Bank: Penetrasi fixed broadband di Indonesia hanya 4%


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sebagian besar orang Indonesia terhubung ke internet menggunakan perangkat seluler. Pertumbuhan investasi sektor swasta dalam infrastruktur pita lebar seluler mendorong peningkatan konektivitas internet selama dekade terakhir.

Di sisi lain, layanan pita lebar tetap (fixed broadband) atau fiber-to-the-home (FTTH) hanya digunakan oleh segmen populasi yang sangat kecil (sekolah, fasilitas medis, kantor pemerintah, dan bisnis). Menurut laporan World Bank atau Bank Dunia, jumlah total pelanggan fixed broadband di Indonesia sekitar 9,7 juta. Artinya, penetrasi pita lebar tetap hanya 4% dari populasi, atau 16% rumah tangga.

"Sebagian besar orang Indonesia mengakses internet menggunakan perangkat seluler dan hanya 4% penduduk Indonesia yang mengakses internet melalui fixed broadband, yang menunjukkan penetrasi rendah dibandingkan berbagai negara tetangga di Asia Tenggara," kata Ekonom Senior Bank Dunia, Sailesh Tiwari dalam keterangan resmi, Sabtu (14/8).

Baca Juga: IndiHome Dukung Anak Bangsa Meraih Mimpi Jadi Atlet e-Sport Kelas Dunia

Tiwari menambahkan biaya dan keterjangkauannya masih menjadi faktor yang menghambat penggunaan fixed broadband. “Meskipun investasi swasta dalam infrastruktur mobile broadband telah memperluas akses dan mengurangi biaya internet, biaya dan keterjangkauannya masih menjadi faktor yang menghambat penggunaan fixed broadband bagi 44% rumah tangga di Indonesia,” ujarnya menegaskan.

Berbeda dengan pita lebar seluler, menyiapkan layanan pita lebar tetap memerlukan beragam biaya yang dapat mencakup biaya sewa modem, biaya instalasi dan biaya berlangganan bulanan. Di Indonesia, harga langganan pita lebar bulanan saat ini berkisar antara Rp 250.000 hingga Rp 800.000.

Biaya pemasangan dan langganan bulan pertama untuk koneksi internet saluran tetap dengan menggunakan paket internet termurah sekali pun diperkirakan setara dengan sekitar 1,2 kali pengeluaran per kapita bulanan rumah tangga miskin pada umumnya.

Di lain hal, menurut laporan World Bank, IndiHome menjadi layanan fixed broadband terbesar dengan menguasai 87% market share di Indonesia dengan jumlah pelanggan sebanyak 8 juta di tahun 2020.

Baca Juga: Begini penyerapan belanja modal emiten telko di semester pertama

Sebagai informasi juga, layanan dari Telkom ini telah menjangkau sembilan pulau terluar di Indonesia. Jadi, dengan jaringan yang hampir di semua daerah dan luar pulau di Indonesia, maka sangat mudah bagi pengguna internet mengakses layanan IndiHome.

Sementara First Media milik PT Link Net berada di posisi kedua dengan pangsa pasar 7%. Kemudian di posisi ketiga ada MNC Play dari PT Media Nusantara Citra (MNC) dengan pangsa pasar 3%. Lalu di peringkat keempat dan kelima, terdapat Biznet dan MyRepublick yang masing-masing menguasai pangsa pasar tak lebih dari 1%.

Kecepatan Fixed Broadband di Indonesia

Dari segi kualitas layanan (QoS), atau kualitas dan keandalan layanan internet secara keseluruhan, juga merupakan tantangan lain di berbagai wilayah. QoS berdampak pada kecepatan transmisi data (unggahan, unduhan) dan kualitas panggilan telepon.

Oleh karenanya berdampak pada kemampuan pengguna untuk mengakses layanan online, baik itu e-commerce atau streaming video, misalnya, untuk layanan kesehatan atau pembelajaran jarak jauh yang telah menjadi bagian yang tak terpisahkan selama pandemi Covid-19.

Menurut laporan Ookla Speedtest pada Maret 2020, kecepatan internet fixed broadband dipimpin Singapura dengan kecepatan unduh hingga 197,26 Mbps. Di bawah Singapura ada Thailand, Malaysia, Vietnam, Laos, Filipina, Brunei, dan Kamboja. Baru setelah itu Indonesia dengan kecepatan 20,13 Mbps.

Investasi besar diperlukan untuk memperluas peluncuran pita lebar tetap di Indonesia. Namun, biasanya 70% sampai 80% dari investasi pita lebar tetap dalam bentuk infrastruktur pasif, seperti saluran, tiang, hak jalan, dan pekerjaan sipil. Penyebaran pita lebar seluler di seluruh Indonesia sangat mengandalkan pemakaian bersama tower (tower-sharing), yang telah lama berlaku sejak Peraturan 2009 tentang Pemakaian Bersama Tower.

Selanjutnya: EXCL dan Axiata akan akuisisi saham Link Net (LINK), simak rencana bisnisnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×