Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTa. Jika sejumlah perusahaan mengerem ekspansi dan memangkas biaya investasi dengan alasan kondisi ekonomi makro melambat, tidak demikian dengan PT Waskita Karya (Pesero) Tbk. Perusahaan konstruksi ini mengklaim tinggal menyisakan dana investasi jalan tol Rp 7 triliun dari alokasi Rp 40 triliun tahun ini.
Waskita Karya sudah membelanjakan Rp 33 triliun dana investasi jalan tol untuk mengakuisisi tujuh proyek. Perinciannya, mengakuisisi 30% saham jalan tol Medan Kualanamu–Tebing Tinggi, 25% saham proyek jalan tol Depok–Antasari, juga 100% saham proyek tol Pejagan–Pemalang dan mengakuisisi 60% proyek tol Becakayu di Jakarta.
Lantas, tiga proyek tol lain adalah, Solo–Ngawi, Ngawi–Kertosono dan Cinere–Serpong. Di tiga proyek tol tersebut, Waskita Karya menguasai masing-masing 40% saham.
Demi merealisasikan semua dana investasi tol Rp 40 triliun, Waskita Karya akan berburu proyek jalan tol lagi. Perusahaan berkode WSKT di Bursa Efek Indonesia itu akan melakukannya dengan cara mengakuisisi perusahaan lain pemegang pekerjaan jalan tol maupun membangun konstruksi proyek dari awal.
Apapun peluang yang nanti didapatkan, Waskita Karya akan melalui proses tender. "Sebenarnya, sekitar dua proyek jalan tol lagi bisa memenuhi selisih Rp 7 triliun. Tapi karena tender maka tender yang diikuti biasanya dua kali lipat. Jadi sekitar empat tender yang harus kami ikuti," beber Direktur Utama PT Waskita Karya (Persero) Tbk M. Choliq, Rabu (10/6).
Belum ketahuan ruas tol mana yang Waskita Karya incar. Choliq memilih merahasiakan informasi tersebut.
Gelar rights issue
Yang pasti, Waskita Karya telah memiliki kesiapan dana untuk menuntaskan hajat belanja jalan tol Rp 40 triliun. Pasalnya, para pemegang saham perusahaan itu telah menyetujui aksi penawaran umum terbatas (PUT) dengan skema memesan efek terlebih dahulu alias rights issue sebanyak sebanyak 3,65 miliar saham biasa Seri B. Jumlah tersebut setara dengan 26,9% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh.
Harga nominal saham tersebut Rp 100 per saham. Sementara dengan harga pelaksanaan Rp 1.450 per saham, Waskita Karya bakal meraup dana segar Rp 5,3 triliun.
Nah, hasil perolehan dana rights issue tersebut menjadi salah satu sumber dana untuk menggenapi kebutuhan dana Rp 7 triliun. Sumber dana lain adalah pinjaman perbankan. Kalau dihitung, kekurangan dana yang harus dipenuhi adalah Rp 1,7 triliun.
Dengan alasan prospek bisnis konstruksi jalan tol bagus, Waskita Karya tak sayang menggelontorkan dana investasi sebesar itu. "Karena dalam industri infrastruktur, saat ini proyek jalan tol mulai menjadi salah satu satu tren," tandas Choliq.
Manajemen Waskita Karya mengakui pengerjaan jalan tol menjadi strategi diversifikasi bisnis. Setelah mencapai level margin yang diinginkan, mereka berencana melepas andil di jalan tol tersebut.
Sebagai informasi tambahan, pasca rights issue, porsi kepemilikan pemerintah atas saham Waskita Karya menjadi 66,07%. Sementara kepemilikan publik 33,93%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News